Minggu, 12 Agustus 2012

Masa Berlaku/Perubahan/Penggantian SIUP/SIPI/SIKPI



SIUP
SIPI/SIKPI
SIKPI NON PERIKANAN
Masa Berlaku
Selama Melakukan Usaha Perikanan
1 Tahun
1 Tahun
Jk Waktu dan Jenis Perubahan
>1 Tahun, Kecuali perubahan administrasi dan penambahan alokasi bagi yang sudah realisasi 100%
> 3 Bulan: SIUP, Spesifikasi Kapal/ API, DOP/ Pel. Pangkalan
>6 Bulan: SIUPAL, gambar rencana umum kapal, tanda kebangsaan bagi kapal asing
Perubahan yang Dikenakan Pungutan
-        Alasan Perubahan
-        FC SIUP yang akan diubah
-         Data Adm/ Renc Usaha Baru
-        Pernyataan ttg kebenaran data

-        Jenis Perubahan SIPI/SIKPI
-        FC. SIUP
-        FC SIPI/ SIKPI yang akan diubah
-        FC Buku Kapal
-        Spesifikasi kapal/ API bila berubah
a.      Jenis Perubahan SIKPI
b.     FC SIUPAL
c.      FC SIKPI yang akan diubah
d.     FC Gross Akte
e.      FC paspor / seamen book
f.       FC Tanda kebangsaan kapal
g.      General arragement
Persyaratan Penggantian
-        SIUP/SIPI/SIKPI asli yang rusak
-        Surat keterangan kehilangan dari kepolisian dalam hal SIUP/SIPI/SIKPI hilang

f. Tambahan Persyaratan Khusus SIUP SIKPI


Jenis Kapal Penangkapan Ikan (SIPI)
Tambahan Persyaratan
Fasilitas penanaman modal  asing
FC Pendaftaran Usaha dan Persetujuan di Bidang Penanaman Modal
Usaha Perikanan Tangkap Terpadu
1.     Laporan pelaksanaan pembangunan UPI Min  85% Dari Rencana Usaha Pembangunan UPI
2.     FC SKP Yang Masih Berlaku, Yang Sudah Punya UPI
Laut Lepas
1.     Identitas Kapal, Format RFMO
2.     Rencana Target Spesies
3.     Surat Pernyataan Tidak tercantum dalam daftar IUUF
Satuan Armada
Daftar Kapal Penangkapan dan Pengangkut ikan serta jenis API yang digunakan dalam Satuan Armada
Kerja Sama Usaha
1.     Daftar Perusahaan Perikanan Tangkap dan Perusahaan pengolah, serta daftar kapal penangkap ikan dalam kerjasama usaha yang diterbitkan Dirjen
2.     Akte perusahaan/ perjanjian kerja sama usaha yang disahkan Notaris

Jenis Kapal Penangkapan Ikan (SIKPI)
Tambahan Persyaratan
Fasilitas penanaman modal  asing
FC Pendaftaran Usaha dan Persetujuan di Bidang Penanaman Modal
Usaha Perikanan Tangkap Terpadu
1.     Laporan pelaksanaan pembangunan UPI Min  85% Dari Rencana Usaha Pembangunan UPI
2.     FC SKP Yang Masih Berlaku, Yang Sudah Punya UPI
Sentra Nelayan
1.     Kapal Dalam Negeri Maximal 200 GT
2.     Daftar nama SN yang menjadi tempat muat ikan hasil tangkapan
3.     Rekomendasi SN dari Dinas Kab/Kota
Tujuan Ekspor
1.     Rencana Pelabuhan pangkalan
2.     FC surat tanda kebangsaan kapal untuk kapal asing
3.     FC SU Internasional Untuk Kapal Asing
4.     FC Paspor/ seaman Book dan Foto Nakhoda 4 x6 2 lbr dan daftar abk
Kerjasama Usaha/ Kesatuan Manajemen Usaha
1.     Daftar Perusahaan Perikanan Tangkap dan Perusahaan pengolah serta daftar kapal pengangkut yang menjadi satu kesatuan manajemen/ kerja sama usaha
2.     Akte Perusahaan/ Perjanjian kerja sama usaha yang di sah kan notaries
3.     Daftar kapal yang menjadi satu kesatuan manajemen/ kerjasama usaha yang disetujui dan diterbitkan Dirjen

e. Perpanjangan SIPI/SIKPI/SIKPI Non Perikanan 2012


SIPI/SIKPI
SIKPI NON PERIKANAN
Dapat diajukan 3 bulan sebelum masa berlaku SIPI/SIKPI/SIKPI Non Perikanan berakhir
Persyaratan Permohonan Perpanjang
-        FC. SIUP
-        FC Buku Kapal Perikanan
-        Pernyataan menggunakan perwira ANKAPIN dan (diatas 30 GT) serta QC SPI (Bagi Kapal >100 GT)
-         Surat Keterangan Kalabuhan (Berpangkalan dan mendaratkan hasil tangkapan di pelabuhan pangkalan sesuai SIPI/SIKPI)
-        Loog Book Penangkapan ikan
-        Pernyataan telah melaksanakan pemulihan SDI dari asosiasi/ Himpunan
-        FC. Faktor Pembelian BBM dari agen resmi (Bagi Kapal yang membeli BBM Non subsidi)
-        Surat Keterangan Dirjen. P2HP telah selesai membangun UPI atau yang memiliki UPI yang bersertifikat SKP (bagi Usaha PTT)
Persyaratan Permohonan Perpanjangan:
-        FC SIUPAL, menunjukan aslinya
-        FC Gross Akte, menunjukan aslinya
-        General Arrangemen termasuk Spesifikasi Teknis
-        FC. Surat Tanda Kebangsaan Kapal dan FC Surat Ukur Internasional (bagi kapal asing)
-        FC KTP Penanggung jawab Perusahaan/ pemilik kapal
-        FC Paspor/ seamen Book dan Foto Nakhoda, 4 x 6 = 2lbr
-        Rekomendasi pengawakan Tenaga Kerja Asing (Bila menggunakan tenaga kerja asing)
-        Kerjasama Perusahaan Perikanan yang membutuhkan jasa pengangkutan ikan disahkan
-        Surat Pernyataan atas kebenaran data dan informasi yang disampaikan pemilik kapal/ penanggung jawab perusahaan
Apabila dalam waktu 1 bulan sejak berakhirnya masa berlaku SIPI/SIKPI tidak dilakukan perpanjangan, maka ketentuan perpanjangan SIPI/SIKPI diberlakukan = ketentuan penerbitan SIPI/SIKPI baru

Senin, 06 Agustus 2012

tahun 2015 indonesia meningkatkan produksi perikanan

Berdasarkan data FAO, pada kurun 1999-2004 kebutuhan ikan dunia mengalami peningkatan sebesar 45% dan diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan di masa mendatang. Berpijak pada konsisi itulah, Indonesia bertekad untuk menjadi negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada tahun 2015. Tekad tersebut didasari fakta bahwa Indonesia memiliki potensi Sumberdaya Ikan (SDI) melimpah dan beragam, serta area budidaya yang dapat dipacu untuk meningkatkan produksi perikanan nasional. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad pada acara Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-III yang dilaksanakan Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB di Bogor (9/11).

Indonesia sejauh ini telah berperan baik dalam perikanan dunia, namun masih sangat terbuka peluang untuk dapat dioptimalkan. Data tahun 2004 menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan produksi perikanan tangkap terbesar ke-4 dunia setelah China, Peru, Amerika Serikat, dan Chili. Namun dari sisi jumlah, produksi Indonesia masih terbilang kecil, yakni 5,05% dari total perikanan tangkap dunia yang mencapai 95 juta ton.

Dalam rangka mendorong pengembangan perikanan tangkap sehingga dapat mewujudkan visi Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), sub sektor ini masih terkendala oleh beberapa permasalahan yang harus dicarikan solusinya, antara lain: (1) ketidakseimbangan pemanfaatan SDI antar Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), (2) armada perikanan tangkap nasional yang masih didominasi armada skala kecil, (3) belum optimalnya dukungan infrastruktur pelabuhan perikanan baik dari sisi jumlah maupun kelengkapan fasilitas, dan (4) rendahnya dukungan lembaga keuangan dan akses nelayan terhadap permodalan.

Dalam rangka mengatasi permasalahan diatas, DKP akan melakukan beberapa upaya agar dapat meningkatkan peran sub sektor perikanan tangkap membantu merealisasikan visi DKP. Pertama, pemanfaatan SDI berbasis WPP yang optimal, berimbang, dan lestari. Langkah ini ditempuh melalui beberapa kegiatan, yaitu: (1) mengoptimalkan pemanfaatan SDI di WPP yang masih under fishing dengan pengembangan sarana dan prasarana di wilayah tersebut, (2) mengoptimalkan pemanfaatan potensi SDI di perairan umum daratan (PUD), seperti danau, waduk, dll, (3) meningkatkan kesadaran seluruh stakeholder dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDI serta mematuhi seluruh peraturan yang berlaku, dan (4) menyinergikan pengelolaan SDI antara daerah termasuk meredam konfik antar nelayan yang mungkin timbul, antara lain melalui revitalisasi Forum Koordinasi Pengelolaan Pemanfaatan Sumber Daya Ikan (FKPPS).

Kedua, restrukturisasi armada kapal perikanan nasional sehingga mampu memanfaatkan SDI di laut lepas, melalui rasionalisasi, nasionalisasi dan modernisasi. Untuk itu, DKP mendorong para nelayan dalam pengembangan armada skala kecil dan menengah sehingga melalukan penangkapan ikan di ZEEI dan laut lepas. Ketiga, pengembangan infrastruktur pelabuhan berstandar internasional. Dalam mendukung langkah ini akan ditempuh beberapa kegiatan, yaitu: (1) pengembangan pelabuhan perikanan khususnya di daerah yang potensial dan lingkar luar Indonesia, (2) penerapan port state measure, (3) pengembangan basis data dan informasi perikanan di pelabuhan perikanan, dan (4) pembangunan, pengembangan dan peningkatan kualitas pelabuhan perikanan UPT daerah.

Terakhir adalah peningkatan akses nelayan terhadap lembaga keuangan. Langkah ini ditempuh melalui beberapa kegiatan, yaitu: (1) inisiasi kerjasama dengan pihak perbankan, sertifikasi hak atas tanah nelayan yang dapat digunakan sebagai agunan kepada pihak perbankan, pengembangan unit Pegadaian dan asuansi di pelabuhan perikanan, (2) peningkatan kualitas kelembagaan dan SDM nelayan antara lain melalui pemberdayaan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Perikanan Tangkap dalam bentuk pelatihan, bantuan sarana dan prasarana,dll (saat ini telah berdiri sekitar 4.370 KUB), dan (3) menghilangkan retribusi di Pelabuhan Perikanan dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Alat Tangkap Pancing




Alat Pancing
Pancing adalah salah satu alat penangkap yang terdiri dari dua komponen utama,yaitu : tali (line) dan mata pancing (hook). Jumlah mata pancing berbeda-beda, yaitumata pancing tunggal, ganda, bahkan sampai ribuan. Prinsip alat tangkap ini merangsangikan dengan umpan alam atau buatan yang dikaitkan pada mata pancingnya. Alat ini pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama yaitu tali dan mata pancing. Namun, sesuaidengan jenisnya dapat dilengkapi pula komponen lain seperti : tangkai (pole), pemberat(sinker), pelampung (float), dan kili-kili (swivel). Cara pengoperasiannya bisa di pasangmenetap pada suatu perairan, ditarik dari belakang perahu/kapal yang sedang dalamkeadaan berjalan, dihanyutkan, maupun langsung diulur dengan tangan. Alat inicenderung tidak destruktif dan sangat selektif. Pancing dibedakan atas rawai tuna, rawaihanyut, rawai tetap, pancing tonda, dan lain-lain


Pengertian Jaring angkat



Jaring Angkat

Jaring angkat adalah suatu alat pengkapan yang cara pengoperasiannya dilakukandengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Alat ini terbuat dari nilon yangmenyerupai kelambu, ukuran mata jaringnya relatif kecil yaitu 0,5 cm. Bentuk alat inimenyerupai kotak, dalam pengoperasiannya dapat menggunakan lampu atau umpansebagai daya tarik ikan. Jaring ini dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap ataudengan tangan manusia. Alat tangkap ini memiliki ukuran mesh size yang sangat kecildan efektif untuk menangkap jenis ikan pelagis kecil. Kecenderungan jaring angkatbersifat destruktif dan tidak selektif. Contoh jaring angkat adalah bagan perahu atau rakit(boat / raft lift net), bagan tancap (bamboo platform lift net), dan serok (scoop net).

Pukat cincin




Alat ini mungkin sudah jarang atau mungkin sangat ditemui. Bubu salah satu alat tangkap ikan yang digunakan orang untuk mendapatkan ikan. Ketika ikan masuk bubu tersebut maka tidak bisa keluar lagi karena lubang keluar sangat kecil dan hanya bisa untuk masuk dan tidak bisa untuk jalan keluar.

Jenis Rumput Laut Yang di Budidaya



Perkembangan rumput laut Indonesia begitu sangat pesat. Kenaikannya setiap tahun sungguh mengundang decak kagum. Peningkatan produksi rumput laut secara nasional setiap tahun mencapai ratusan ribu ton. Saat ini tidak hanya wilayah Indonesia timur saja yang mengembangkan rumput laut namun hampir setiap wilayah Indonesia mulai menggalakkan budidaya rumput laut. Rumput laut di Indonesia dibudidayakan tidak hanya di perairan laut namun dapat pula dibudidayakan di perairan payau. Ada banyak jenis rumput laut yang tersebar di perairan wilayah Indonesia namun hanya beberapa saja yang dibudidayakan dan perkembangannya cukup baik ketika dibudidayakan. Rumput laut jenis apa saja itu?
Jenis-jenis rumput laut yang telah berhasil dibudidayakan di Indonesia, antara lain yaitu :
  1. Eucheuma cottonii
  2. Rumput Laut Eucheuma cottonii merupakan jenis rumput laut yang paling banyak dibudidayakan di wilayah perairan Indonesia. Perkembangan budidayanya cukup menggembirakan. Hal ini tidak terlepas dari mudahnya membudidayakan rumput laut jenis ini dan permintaan pasar yang sangat tinggi. Sentra wilayah budidaya rumput laut jenis ini terdapat di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Bali, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat.Eucheuma cottonii merupakan rumput laut penghasil karaginan yang sebagian besar hasilnya digunakan untuk bahan baku industri. Rumput laut Eucheuma cottonii dibudidayakan untuk memenuhi permintaan pasar ekspor yang digunakan untuk industry kosmetik atau farmasi.
  3. Eucheuma spinosum
  4. Eucheuma spinosum masih satu  jenis dengan Eucheuma cottonii dan sama-sama sebagai penghasil karaginan. Perbedaannya, Eucheuma spinosum menghasilkan karaginan jenis iota karaginan  yang berupa jelly yang bersifat lembut, fleksibel dan lunak, sedangkan Eucheuma cottonii menghasilkan karaginan jenis kappa karaginan berupa jelly yang bersifat kaku, getas dan keras. Bali adalah salah satu provinsi yang mengembangkan budidaya rumput laut jenis ini.
  5. Gracilaria spp
  6. Rumput laut Gracilaria spp dapat tumbuh baik di perairan payau. Gracilaria spp adalah jenis rumput laut yang bersifat agarofit yaitu jenis rumput laut penghasil agar-agar. Perkembangan budidaya rumput laut jenis ini tidak sepesat jenis Eucheuma cottonii. Sentra produksi Gracilaria spp terletak di Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.
  7. Sargassum spp
  8. Sargassum spp merupakan jenis rumput laut yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sargassum spp adalah jenis rumput laut penghasil alginat. Di Indonesia Sargassum spp satu-satunya rumput laut penghasil alginat selain Turbinaria spp. Perkembangan budidaya rumput laut jenis ini masih sangat terbatas. Oleh karena permintaannya yang masih rendah perkembangan budidaya rumput laut jenis ini tidak sepesat rumput laut Euchema cottonii dan Gracilaria spp.
Sampai saat ini baru sebatas jenis-jenis tersebut di atas yang dibudidayakan di Indonesia dan hanya Euchema cottonii dan Gracilaria spp yang perkembangan budidayanya yang sangat menjanjikan. Sampai dengan tahun 2009 produksi rumput laut kedua jenis tersebut, masing-masing sebesar 2.791.688 ton dan 171.868 ton. perikanan-budidaya.kkp.go.id

Pengolahan Rumput Laut

Sebelum mekanisasi pengolahan pascapanen rumput laut, diperkenalkan para petani di Kabupaten Takalaar masih melakukan secara tradisional berbagai tahap-tahap sebagai berikut. 

1. Pembersihan membuang kotoran yang masih menempel, seperti: pasir dan batu-batuan.
2. Pengeringan dengan menjemur rumput laut di ata~ para-para. Penjemuran dihentikan apabila rumput laut telah kering yang ditandai dengan keluarny, garam. Bila cuaca cukup baik, kegiatan penjemuran itu memerlukan waktu selama tiga hari.
3. Rumput laut yang telah kering dicuci dengan air tawar apabila akan digunakan sebagai bahan agar Atau dicuci dengan air laut apabila yang akan diambil keraginannya.
4. Pengeringan kembali dilakukan setelah proses pencucian dengan menjemurnya kurang lebih selama satu hari. Setelah proses ini diharapkan didapat rumput laut kering dengan kadar air lebih kurang 28 %.
5. Pengayakan untuk menyingkirkan kotoran yang masih menempel.
Proses pengolahan seperti digambarkan di atas di samping memerlukan waktu yang lama dan tempat yang luas juga hasilnya belum tentu dapat memenuhi standar yang ditetapkan untuk diekspor.

Teknologi yang Diperkenalkan Reserta Peralatannya
Ekspor rumput laut kering Indonesia kebanyakan terdiri dari marga Euchema, Gracilaria, Gelidium dan Hypnea. Ekspor itu ditujukan ke negara-negara Jepang, Hongkong, Taiwan, Singapura, Denmark, Prancis, Selandia Baru, Amerika Serikat, Spanyol, Korea Selatan dan Jerman. Rumput laut kering untuk dapat diekspor harus memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan, seperti bebas dari kandungan kadar air, benda asing (garam, pasir, karang dan kayu) dan tidak berbau.
Masyarakat petani rumput laut Sulawesi Selatan tidak mengekspor semua marga rumput laut yang disebutkan di atas. Mereka mengekspor sesuai dengan marga yang dibudidayakannya, yaitu Euchema dan Glacilaria. Untuk membantu petani rumput laut setempat mengatasi permasalahannya telah diperkenalkan proses penanganan pasca panen baru sebagai berikut.

a. Sortasi
Pada tahap ini dilakukan pembuangan kotoran yang menempel dan rumput laut jenis lain yang tidak dikehendaki. 

b. Pengeringan
Rumput laut yang telah dibersihkan kemudian dikeringkan dengan menggunakan alat Batch Dryer selama 4-6 jam seperti tertera pada Gambar 2 di bawah ini. Alat ini merupakan hasil rakitan Politani Negeri, Pangkep. Pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari ini memerlukan waktu 2-3 hari. Standar kandungan kadar air untuk marga Euchema adalah 15% dan 25 % untuk marga Gracilaria.

c. Pengayakan
Setelah proses pengeringan, pekerjaan dilanjutka dengan tahap pengolahan berikutnya, yaitu pengayak cu Tahap ini bertujuan untuk memisahkan kotoran yan berupa pasir yang masih menempel. Proses air dikerjakan dengan menggunakan mesin pengayak yan juga dirakit oleh Politani Negeri, Pangkep, seperti yang; tampak pada Gambar 3.

Gambar 3. Alat Pengayak

d.Pengepresan
Proses pengolahan terakhir sebelum rumput laut dikirim ke luar negeri adalah pengepresan yaitu dalarr bentuk briket. Pada saat pengepresan disemprotkan KelI yang berkomposisi kalium, soda, yodium dengar konsentrasi 0,5%. Alat pengepres rakitan Politani adalah sepert tertera pada Gambar 4.

Gambar 4. Alat Pengepres

Proses pengolahan pascapanen dan peralatan yang diperkenalkan oleh Politani, Negeri Pangkep untuk mengolah rumput laut ini, ternyata telah membawa berkah kepada para petani dan UKM. Rumput laut kering yang tadinya diolah secara tradisional harga jualnya hanya Rp 4500/kg kini setelah diolah dengan menggunakan proses dan peralatan baru, harga jualnya meningkat menjadi Rp 6.000/kg.

Budidaya Rumput Laut yang Menjanjikan



Majalah TROBOS Edisi JuliRumput laut kian mendapat perhatian serius dari pemerintah. Tak main-main, perhatian tersebut bukan hanya datang dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), tapi juga dari Kementerian Perindustrian. Satu tujuan yang ingin dicapai, mendirikan industri hilir rumput laut yang yang mengolah komoditas tersebut sejak awal hingga produk akhir di dalam negeri.

Tekad itulah yang mengemuka dalam Forum Bisnis dan Investasi Rumput Laut di Surakarta, Jawa Tengah Mei lalu. Wakil Menteri Perindustrian Alex S Retraubun pada acara tersebut mengatakan bahwa rumput laut telah menjadi fokus perhatian dan pengembangan di Kementerian Perindustrian periode  2010 - 2014.
“Kami mentargetkan, setidaknya pada 2012 sudah ada sebuah industri hilir rumput laut yang mengolah komoditas tersebut sejak awal hingga produk akhir di dalam negeri,” ujarnya. Disebutkan Alex, 50% kebutuhan rumput laut dunia yang mencapai 1,9 juta ton per tahun adalah berasal dari Indonesia.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada industri pengolahan rumput laut dari produk awal hingga akhir di tanah air. Rumput laut hanya dijual dalam bentuk bahan mentah. Antara lain ke Jerman, China, Amerika Serikat, Chili, serta Jepang. Mereka selanjutnya mengolah dan menjual rumput laut tersebut dalam bentuk produk jadi dengan harga yang lebih tinggi. “Ini berarti Indonesia hanya berkontribusi menambah kekayaan negara lain. Kita sendiri tidak mendapat nilai tambah," imbuhnya.
Padahal, nilai rumput laut bisa sangat melonjak jika diolah. Direktur Jenderal  Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP, Martani Huseini pada kesempatan yang sama memberikan gambaran sebagai berikut. Dalam bentuk bahan mentah (kering), harga rumput laut (jenis Eucheuma cottonii) berkisar Rp 10.000 per kg. Jika diolah lebih lanjut menjadi Alkali Treated Cottonii Chips (ATCC) atau rumput laut kering potong, harganya menjadi Rp 50.000 per kg.
Tahapan pengolahan berikutnya menghasilkan Semi Refined Carrageenan (SRC) atau karaginan setengah murni yang harganya mencapai Rp 70.000 per kg. Bentuk olahan setelah SRC adalah Refined Carrageenan (RC) atau karaginan murni yang jika digunakan untuk industri harganya mencapai Rp 180.000 per kg dan untuk makanan harganya mencapai Rp 200.000 per kg.

Menurut Martani, usaha rumput laut sangat menguntungkan. Antara lain karena permintaannya yang besar baik di dalam dan luar negeri, modal investasi kecil yang hanya berkisar Rp 5 - 7 juta/unit, mudah diproduksi dan menyerap tenaga kerja. “Karena itulah perlu ada suatu sistem usaha rumput laut yang memadukan aktivitas hulu sampai hilir dalam satu manajemen, yaitu minapolitan industri rumput laut,” tegasnya. 
 Namun, bagi Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis, tekad dan komitmen saja belum cukup untuk mengembangkan industri rumput laut nasonal. ”Kita belum punya cetak biru, peta dan strategi nasional sehingga tujuan tidak jelas. Faktanya pemerintah seakan berjalan sendiri tanpa bicara dengan swasta. Semua program hanya project oriented (berorientasi proyek). Ini yang harus dirubah dan harus ada monitoring (pemantauan),” Azis tegas mengkritisi.

Menanggapi hal ini, Direktur Pengolahan Hasil Perikanan P2HP KKP, Santoso secara terpisah kembali menggarisbawahi pernyataan Martani. Bahwa minapolitan merupakan desain besar bagi pengembangan industri rumput laut. ”Minapolitan juga sebagai cetak biru dan strategi untuk bergerak ke industri hilir. Di dalamnya sudah ada strategi pengembangan sumber bahan baku, industri dan pendukungnya yang mencakup teknologi, mesin, dan sentra pengolahan,” urainya. 

ATCC Tahap Awal
Lepas dari tekad dan komitmen pemerintah yang masih harus ditunggu realisasinya, yang pasti telah ada rencana pengembangan industri pengolahan rumput laut di Indonesia. Sekretaris Direktorat Jenderal P2HP - KKP, Victor PH Nikijuluw secara umum menjelaskan rencana tersebut.
Industri rumput laut yang paling mungkin dikembangkan adalah pengolahan Alkali Treated Cottonii (ATC). Ini jadi pilihan pertama karena Indonesia baru masuk ke industri pengolahan. Selain itu, penggunaan ATC di internasional lebih banyak sehingga peluang ekspor lebih banyak. ”Jadi ATC adalah untuk tahap awal, harapan ke depan bisa sampai mengolah SRC dan RC,” kata Victor.
Selengkapya baca diMajalah TROBOS Edisi Juli 2010

Manfaat Rumput Laut Menanggulangi kanker

Satu lagi jenis rumput laut yang berprospek cerah pengembangannya selain Eucheuma cottonii dan Gracilaria yang lebih dulu populer. Rumput laut ini bernama Caulerpa dari kelompok Chlorophyceae (alga hijau). Jenis rumput laut ini dikenal sebagai lalapan atau sayuran yang sangat diminati oleh masyarakat dalam negeri maupun luar seperti Jepang, Korea, China, dan beberapa negara Eropa.

 Rumput laut ini bisa dipanen setelah dua minggu pemeliharaan, jika satu hektar ditebar bibit 500 kg maka panen bisa 2 kali lipatnya




Tidak heran jika pasar ekspor Caulerpa saat ini cukup terbuka meski di beberapa negara seperti Jepang sudah mengembangkan budidayanya. “Tetapi kebutuhannya masih mengandalkan impor dari Filipina,” jelas Kepala Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar – Sulawesi Selatan, Sugeng Raharjo. Sementara untuk lokal, “Permintaannya mencapai 1 – 3 ton per bulan, itu juga belum terpenuhi,” tambahnya.

Sayang permintaan itu belum bisa terpenuhi karena produksi hanya mengandalkan hasil alam sehingga terbatas. Sugeng menjelaskan, rumput laut yang juga dikenal sebagai lawi-lawi atau latoh ini masuk dalam kategori tumbuhan tingkat rendah yang hidup dengan menempel pada substrat pasir.
Di beberapa negara Asia, Caulerpa, selain sebagai konsumsi masyarakat juga digunakan sebagai obat pada beberapa jenis penyakit. Hal ini karena Caulerpa mengandung zat antibakteri, antimikroba, antijamur, serta zat bioaktif untuk penyakit tekanan darah tinggi dan tumor.

Untuk ciri-cirinya, berwarna hijau dengan thallus (cabang) berbentuk lembaran, batangan, dan bulatan. Selain itu memiliki tekstur lunak keras dan siphonous. Dengan rumpun berbentuk percabangan dari yang sederhana sampai yang kompleks sebagai representatif dari akar, batang, dan daun yang menjalar.
Sedangkan dalam perkembangbiakannya, lanjuta Sugeng, terjadi dengan perkawinan gamet, spora, dan fragmentasi thallus atau vegetatif. Penyebaran Caulerpa tidak hanya di Takalar dan Parepare saja, tetapi cukup luas yang meliputi  pesisir dan terumbu karang di Indonesia. “Seperti di Pulau Jawa terdapat di daerah  Jepara dan Yogyakarta,” imbuhnya.

Ia menambahkan, kandungan klorofil (zat hijau dau) rumput laut ini bersifat antikarsinogenik. Juga kandungan serat, selenium, dan seng yang tinggi pada rumput laut ini bisa mereduksi estrogen (jenis hormon), karena disinyalir level estrogen yang terlalu tinggi bisa mendorong timbulnya kanker. Selain itu Caulerpa juga digunakan dalam penggunaan di akuarium untuk ikan hias yang berasal dari laut, sebagai hiasan yang bisa menstabilkan kualitas air dalam akuarium.

Spesifikasi Ikan Betok

etok umumnya ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit, juga pada kolam-kolam yang mendapatkan air banjir atau berhubungan dengan saluran air terbuka.
Anabas testu 060702 2572 jtgno ed resize.jpgIkan ini memangsa aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil. Betok jarang dipelihara orang, dan lebih sering ditangkap sebagai ikan liar.

Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, betok bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin (labyrinth organ) di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair. Betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat dimegarkan, dan berlaku sebagai semacam ‘kaki depan’. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan, dan harus mendapatkan air dalam beberapa jam atau ia akan mati.

Ikan ini menyebar luas, mulai dari India, Tiongkok hingga Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara di sebelah barat Garis Wallace.
Cara mendapatkan ikan ini (betok) pada kebanyak daerah dengan dipancing dengan umpan cacing, akan tetapi ada juga dengan menggunakan jangkrik, cilung (ulat bambu) akan tetapi di wilayah Kalimantan tengah dan Banjarmasin kebiasaan penduduk disana memiliki cara tersendiri, yaitu dengan mencampur telor semut(kroto) dengan getah karet dan dimasak dengan cara dikukus.Umpan ini selain ikan betok juga dapat sebagai umpan ikan seluang.

Betok adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar. Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik (Jw.), puyu (Mly.) atau pepuyu (bahasa Banjar). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan. Nama ilmiahnya adalah Anabas testudineus (Bloch, 1792).


?Betok
Ikan betok, Anabas testudineus

Ikan betok, Anabas testudineus
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Anabantidae
Genus: Anabas
Spesies: A. testudineus