Kamis, 27 Juni 2013

Faktor Penting Perancangan Kapal Perikanan

•KARAKTERISTIK DAERAH FISHING GROUND & FISHING BASE
•JENIS DAN VOLUME MUATAN
•KESESUAIAN ALAT TANGKAP DAN LAYOUT KAPAL
•KEKUATAN KONSTRUKSI DAN STABILITAS KAPAL
•KESESUAIAN MATERIAL UTAMA (FRP/KAYU/BAJA etc)
•MESIN INDUK DAN KECEPATAN KAPAL
•KESESUAIAN KEBUTUHAN RUANGAN
(R.Akomodasi, R.Muat, R.pendingin, R.Mesin, Provision, etc.)

Metode Kapal Pembanding

Perancangan kapal dengan metode kapal pembanding adalah dengan menggunakan perbandingan beberapa kapal setipe yang telah ada untuk mendapat kan ukuran utama kapal yang akan di DESAIN
Metode ini juga dapat digunakan untuk mempercepat proses design spiral agar tidak memulai perencanaan dari nol, sehingga hasil yang didapatkan diharapkan tercapai lebih cepat dari pada dalam proses spiral

Kecepatan Kapal Perikanan Menurut alat Tangkap

•KECEPATAN TINGGI : KAPAL TONDA,KAPAL PUKAT CINCIN, HUHATE
•KECEPATAN SEDANG: KAPAL PUKATHELA,
•KECEPATAN RENDAH /DRIFTING : KAPAL GILL NET, KAPAL RAWAI,KAPAL PUKAT TARIK, KAPAL HUHATE, KAPAL PEMASANG PERANGKAPCatatan:

Fungsi Kapal Perikanan

1)KAPAL PERIKANAN BERDASARKAN FUNGSINYA MELIPUTI :
  • KAPAL PENANGKAP IKAN
  • KAPAL PENGANGKUT IKAN
  • KAPAL PENGOLAH IKAN
  • KAPAL LATIH PERIKANAN
  • KAPAL PENELITIAN/EKPLORASI PERIKANAN DAN
  • KAPAL PENDUKUNG OPERASI PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PEMBUDIDAYA IKAN
2)KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI KAPAL PERIKANAN SEBAGIMANA   DIMAKSUD PADA AYAT (1) DIATUR DENGAN PERATURAN PEMERINTAH

Peraturan Pembangunan Kapal Perikanan

Persyaratan teknis kelaikan yang meliputi: 1.Laik Laut Meliputi pemenuhan persyaratan teknis Konstruksi, Material ,Stabilitas ,Keamanan, Keselamatan, Navigasi ,Komunikasi ,Pencegahan Pencemaran di Laut dan Rancang Bangun Kapal;
2.Laik Tangkap Meliputi pemenuhan persyaratan teknis Alat Tangkap yang akan digunakan sesuai izin yang diberikan;
3.Laik Simpan Meliputi pemenuhan persyaratan teknis tempat menyimpan ikan hasil tangkapan untuk mempertahankan mutu ikan, meliputi :konstruksi palka, sistem pendingin ,material pendingin, dan suhu ruang palka.
DASAR HUKUM REKOMENDASI KAPAL PERIKANAN(SuratEdaranDirjenPT Nomor4162/DPT.2/PI.340.D2/IX/06)
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sbb:
a.Setiap pengadaan/pembangunan kapal perikanan dan alat penangkap ikan harus dikoordinasikan dan dikonsul tasikan terlebih dahulu dengan Direktorat KAPI Dirjen PT untuk memperoleh Rekomendasi Teknis Pembangunan Kapal KapalPerikanan;
b.Selama Pelaksanaan Pembangunan Kapal Perikanan, agar dilakukan pengawasan dengan cermat sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah disetujui;
c.Rekomendasi pembangunan kapal perikanan, selanjutnya akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pemberian alokasi daerah penangkapan sesuai denganti pekapal dan alat tangkap yang digunakan

Dasar Hukum Rekomendasi Kapal Perikanan

Persyaratan teknis kelaikan yang meliputi: 1.Laik Laut Meliputi pemenuhan persyaratan teknis Konstruksi, Material, Stabilitas, Keamanan ,Keselamatan ,Navigasi, Komunikasi, Pencegahan Pencemaran di Laut dan Rancang Bangun Kapal;
2.Laik Tangkap Meliputi pemenuhan persyaratan teknis Alat Tangkap yang akan digunakan sesuai izin yang diberikan;
3.Laik Simpan Meliputi pemenuhan persyaratan teknis tempat menyimpan ikan hasil tangkapan untuk mempertahankan mutuikan ,meliputi :konstruksi palka ,sistem pendingin ,material pendingin, dan suhu ruang palka.
DASAR HUKUM REKOMENDASI KAPAL PERIKANAN(Surat Edaran Dirjen PT Nomor 4162/DPT.2/PI.340.D2/IX/06)
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sbb:
a.Setiap pengadaan/pembangunan kapal perikanan dan alat penangkap ikan harus dikoordinasikan dan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direktorat KAPI Dirjen PT untuk memper oleh Rekomendasi Teknis Pembangunan Kapal Kapal Perikanan;
b.Selama Pelaksanaan Pembangunan Kapal Perikanan, agar dilakukan pengawasan dengan cermat sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah disetujui;
c.Rekomendasi pembangunan kapal perikanan, selanjutnya akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pemberi analokasi daerah penangkapan sesuai dengan tipe kapal dan alat tangkap yang digunakan

Devinisi Kapal Periakanan

Kapal Perikanan adalah kapal,perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan ,mendukungoperasipenangkapanikan ,pembudidayaanikan ,pengangkutanikan ,pengolahanikan ,pelatihan perikanan ,dan penelitian/ eksplorasi perikanan.

Selasa, 25 Juni 2013

Perubahan –perubahan yang terjadi setelah ikan mati

–Otot ikan hidup bersifat elastis dan kendur dan berubah menjadi kejur dan kaku (cepat lambatnya proses menjadi kaku sangat tergantung pada suhu ikan, semakin besar perbedaan suhu air dengan suhu ruang penyimpanan akan semakin cepat kaku)
–Pernafasan aerob berhenti dan oksidasi anaerob menyebabkan akumulasi asam laktat sehingga pH otot turun dari sekitar 6,8 menjadi 6,5, pH akhir sangat tergantung spesies ikan dan komposisinya.
–Pada saat ikan menjadi kaku, terjadi pelepasan ATP sebagai akibat pembusukan otolisis menyebabkan ikan menjadi kaku (rigor mortis)

–Terjadi pembentukan lendir secara aktif (utamanya ikan tawar)
–Bila rigor mortisberlangsung cepat, bagian otot dapat putus. Fillet yang dihasilkan akan terbuka (terpisah) dan bentuk fillet tidak bagus (gaping). Idealnya, ikan difilet setelah proses pengakuan berhenti.
–Mutu awal biokimia otot cenderung mengalami perubahan yang sangat cepat, sebagai akibat terhentinya pernafasan, pecahnya sel-sel ATP, aksi otolisis dari enzim proteolytic yang terdapat pada otot, oksidasi lemak dan aktifitas metabolisme mikroorganisme


Cara dan lokasi penangkapan ikan serta jarak ke pelahuhan

Penangkapan : jenis alat tangkap, cara penangkapan/ panen, cara pelepasan ikan dari alat tangkap, cara kematian ikan, lama trip penangkapan, jarak kepelabuhan dll

Lokasi penangkapan memiliki peran tidak langsung pada produk perikanan. Dalam satu spesies, rasa ikan dapat berbeda jika ditangkap pada lokasi yang berbeda atau dari satu musim ke musim berikutnya pada lokasi yang sama, karena sifat fisiologis spesies bersangkutan. Karena itu, jenis ikan tertentu tidak ditangkap disepanjang tahun diwilayah tersebut agar tidak ada masalah rasa.

−Jarak yang jauh dari wilayah penangkapan ke pelabuhan, akan memberikan waktu cukup banyak untuk aktifitas bakteri dan enzim dalam usus. Karena itu ikan ukuran besar seperti tuna pengeluaran isi perut dilakukan datas kapal, sehingga tinggal menempatkannya di ruang pendingin. Sementara, ikan ukuran kecil secara utuh dimuat dikapal sampai ke pelabuhan.

−Pengeluaran isi perut umumnya dapat dilakukan dengan cepat diatas kapal-kapal buatan pabrik yang menempuh jarak jauh ke pelabuhan dan masa penangkapan yang lebih lama.
−Namun, kapal-kapal lebih kecil dengan kapasitas yang lebih kecil, ikan-ikan dimuat utuh tanpa pengeluaran isi perut
Persoalan jarak dari tempat penangkapan ke pelabuhan lebih nyata pada wilayah-wilayah tropis dan subtropis dibandingkan dengan iklim yang lebih dingin
- Suhu udara yang lebih panas akan segera menurunkan tingkat mutu, jika ikan hanya ditumpuk di atas geladak/dek kapal dengan sedikit atau tanpa es untuk menjaganya tetap dingin

−Faktor lainnya: angin, gelombang, kondisi air, dan pola migrasi, turut mendukung pembentukan mutu ikan sebelum di panen, karena faktor-faktor ini terkait dengan kelimpahan organisme air sebagai makanan ikan yang akan berpengaruh pada kesehatan ikan dan kondisi ikan

Faktor ekstrinsik pada mutu ikan

Faktor –faktor ekstrinsik, berkaitan dengan lingkungan dan perlakuan manusia saat penangkapan atau pembudidayaan (lokasi tangkapan/pembudidayaan, musim, metode penangkapan dsb), penanganan ikan diatas kapal, kondisi kebersihan kapal, pemprosesan dan kondisi penyimpanan.

Sanitasi dan higienis : kebersihan pekerja, lingkungan tempat kerja, sarana, dan peralatan yang digunakan

Lingkungan: suhu (udara, habitat), kelembaban, kebersihan lingkungan, sanitasi dan higiena, tempat kerja, sarana, dan peralatan, kebersihan air dan bahan lain yang digunakan

Cara penanganan : cara penanganan setelah ikan ditangkap, cara penyimpanan, teknik pembongkaran ikan dari palka, praktek pelelangan, cara pengangkutan ke tempat pengolahan, penyimpanan sementara di pabrik, cara pemasaran, sortasi (pemisahan jenis, ukuran); preparasi pendahuluan, pencucian (teknik, mutu dan suhu air pencuci), teknik pendinginan, dan suhu yang dicapai), dsb.

Ikan yang secara alami beracun

−Sebagian besar makanan dari ikan aman untuk dimakan, namun ada spesies-spesies yang secara alami beracun, baik seluruhnya atau sebagian saja, dan dapat menyebabkan penyakit atau kematian apabila dimakan
−Sebagian besar ikan beracun ditangkap di wilayah tropis atau subtropis di dunia, karena itu perlu ada tindakan pengendalian.
−Ikan yang secara alami beracun disebut “biotoksin”, dan ini berbeda dengan ikan dan kerang yang dapat beracun melalui kontaminasi bahan kimia atau polutan
−Ada 3 jenis racun utama pada ikan atau kerang, yaitu: ciguatera, keracunan ikan buntal dan keracunan ubur-ubur yang menyebabkan kelumpuhan

Faktor –faktor intrinsik pada Olahan Hasil Perikanan

Faktor –faktor intrinsik, lebih banyak dibawa oleh sifat ikan itu sendiri (jenis/spesies, ukuran, jenis kelamin, kematangan seks, tingkat kekenyangan ikan, kandungan lemak/komposisi, penanganan telur dan kelainan pada daging ikan/ seperti keberadaan parasit, racun, dan kontaminasi polutan Mutu

Spesies ikan
−Spesies ikan tertentu sangat digemari, karena itu memiliki tingkat permintaan yang lebih tinggi dan  harga yang lebih mahal dari spesies lainnya
−Spesies ikan yang satu disukai oleh satu belahan dunia, sementara di belahan lainnya tidak. Sotong sangat disukai di Asia Timur, tetapi di AmerikaSerikat, dianggap hanya sebagai umpan
−Tingkat pembusukan dan kerusakan sangat tergantung dengan spesies. Ikan berlemak tinggi, seperti lemuru dan makerel, ketika didinginkan atau dibekukan akan membusuk lebih cepat dibandingkan dengan ikan-ikan tidak berlemak
−Perbedaan komposisi dalam spesies ikan, akan memberikan efek skunder terhadap mutu. Ikan tak berlemak akan cepat membusuk pada penyimpanan dingin yang buruk
−Pada ikan tak berlemak bermutu rendah, setelah ikan mati, glikogen dalam daging diubah menjadi asam laktat sehingga pH ikan berubah. Bakteri pembusuk akan lebih aktif pada daging ber pH tinggi.
−Sementara pH yang rendah akan memiliki dampak daging menjadi pucat, terutama pada ikan yang disimpan dalam es dalam waktu yang lama (pH daging jauh dibawah nilai 6 setelah ikan mati)
−Spesies ikan dari daerah bersuhu hangat, disimpan lebih lama didalam es dibandingkan dengan ikan dari perairan sub tropis, karena bakteri ikan sub tropis lebih tahan terhadap suhu rendah.
−Migrasi ikan yang jauh, akan memberikan kondisi fisik yang kurang baik dibandingkan dengan ikan yang migrasinya lebih pendek

Ukuran ikan
−Ikan besar dari spesies tertentu dijual dengaqn harga yang lebih tinggi. Konsumen juga siap membayar lebih tinggi untuk lobster, udang besar, kepiting atau potongan dari ikan besar karena konsumen sangat dipengaruhi oleh tampilannya maupun seni tata boga.
−Pengolah membeli lebih tinggi untuk ikan ukuran yang besar, karena bagian yang dapat dimanfaatkan lebih banyak dan biaya penanganan menjadi lebif rendah
−Faktanya, bahwa ikan ukuran besar lebih tahan lama disimpan dibandingkan ikan berukuran kecil. Ikan besar, karena memiliki resiko yang lebih kecil dalam penetrasi mikroba ke tubuh ikan,
−Efek ukuran lainnya adalah pada pH daging, umumnya ikan kecil spesies tertentu memiliki pH pasca kaku yang lebih tinggi.

Efek jenis kelamin dan proses bertelur/ kematangan seksual
−Untuk tujuan-tujuan tertentu, ikan jantan dan betina dari spseies yang sama dapat memiliki nilai yan berbeda. Telur dari jenis ikan tertentu, dapat dinilai sebagai komoditas yang mahal
−Jenis kelamin, memainkan peranan besar dalam mutu segera setelah proses bertelur. Betina dari spesies tertentu dapat berada pada kondisi buruk, segera setelah bertelur.
−Tepat sebelum dan selama proses bertelur, cadangan makanan dalam daging dialihkan untuk perkembangan kelenjar kelamin, sehingga kondisi mutu ikan menjadi buruk setelah proses bertelur.

−Selama proses bertelur, dan untuk beberapa periode sesudahnya, sebagian besar ikan tidak makan. Akibatnya, daging ikan kehabisan lemak, protein dan karbohidrat ikan dalam kondisi buruk. Ikan akan kembali makan untuk memulihkan kondisi fisiknya, kecuali ikan sudah terlalu lemah sehingga mati
−Ikan lemuru/sarden, haring dan makerel, perubahan mutunya lebih nyata, kandungan lemaknya turun 1 –25 %. Kandungan lemak pada ikan jenis ini, diperlukan untuk pengalengan dan pengasapan, maka ikan pada pasca bertelur kurang diminati pada industri ini.
−Perubahan daging ikan sebagai akibat dari aktifitas bertelur terlihat jelas pada semua spesies, walaupun kurang kelihatan pada kerang dimana perubahan glikogen lebih terlihat nyata.

Hal-hal Yang Mempengaruhi Keputusan Seseorang Tentang Mutu Ikan Yang Dikonsumsi

  1.  Penampakanataupresentasi Bau,aroma dan tekstur ikan, ketika dikonsumsi
  2. Nilai gizi atau kemurnian Harga atau nilai dan 
  3. pelayanan penjualan 
  4. Konsistensi
  5.  Keamanan pangan

Keamanan pangan merupakan pertimbangan yang paling penting, berikutnya mungkin lebih mementingkan pertimbangan harga

Mempertahankan mutu ikan jauh lebih sulit dibandingkan dengan mempertahankan mutu makanan berdaging lainnya
Mutu hasil perikanan tidak dapat secara langsung dikendalikan, ditingkatkan atau diprediksi secara akurat, karena sangat tergantung dengan jenis produk, teknik penangkapan/panen, volume produksi dan lokasinya serta sangat rentan terhadap berbagai resiko yang terbawa oleh makanannya