Ikan ini memangsa aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil. Betok jarang dipelihara orang, dan lebih sering ditangkap sebagai ikan liar.
Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan
umumnya, betok bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti
ikan gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil
oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin (labyrinth organ)
di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna
manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain
yang masih berair. Betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan
dengan menggunakan tutup insang yang dapat dimegarkan, dan berlaku
sebagai semacam ‘kaki depan’. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat
terlalu lama bertahan di daratan, dan harus mendapatkan air dalam
beberapa jam atau ia akan mati.
Ikan ini menyebar luas, mulai dari India, Tiongkok hingga Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara di sebelah barat Garis Wallace.
Cara
mendapatkan ikan ini (betok) pada kebanyak daerah dengan dipancing
dengan umpan cacing, akan tetapi ada juga dengan menggunakan jangkrik,
cilung (ulat bambu) akan tetapi di wilayah Kalimantan tengah dan
Banjarmasin kebiasaan penduduk disana memiliki cara tersendiri, yaitu
dengan mencampur telor semut(kroto) dengan getah karet dan dimasak
dengan cara dikukus.Umpan ini selain ikan betok juga dapat sebagai
umpan ikan seluang.
Betok adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar. Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik (Jw.), puyu (Mly.) atau pepuyu (bahasa Banjar). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan. Nama ilmiahnya adalah Anabas testudineus (Bloch, 1792).
?Betok | ||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Ikan betok, Anabas testudineus
| ||||||||||||||
Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||||
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar