Kamis, 12 April 2012

Bahaya Kemasan pangan


Perkembangan makanan dan minuman saat ini sangat pesat, dengan munculnya berbagai macam jenis makanan dan minuman, baik untuk konsumsi langsung maupun yang dapat bertahan lama.  Walaupun masyarakat Indonesia masih sering diberitakan banyak yang mengalami krisis pangan primer, namun tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan pangan sekunder makin berkembang.

Salah satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan makanan dan minuman adalah perkembangan kemasan yang digunakan untuk mengemas produk pangan tersebut.  Kemasan disini adalah kemasan yang ‘seharusnya’ adalah kemasan yang aman bagi produk pangannya maupun bagi konsumen.  Kemasan yang khusus digunakan untuk mengemas produk pangan sering disebut dengan kemasan pangan atau dikenal dengan istilah ‘foodgrade’.

Kemasan memiliki fungsi untuk mewadahi produk pangan sehingga mempermudah penanganannya saat transportasi atau distribusi.  Misalnya susu, lebih mudah didistribusikan bila dikemasan dengan volume tertentu.  Fungsi selanjutnya adalah untuk melindungi produk dari kerusakan, baik yang berasal dari pengaruh luar ataupun berasal dari dalam produk itu sendiri.  Pengaruh dari luar dapat disebabkan oleh kontaminasi mikroba yang berasal dari lingkungan, suhu, maupun kelembapan.  Pengaruh dari dalam disebabkan oleh kandungan produk, yang misalnya untuk buah-buahan segar, masih mengalami metabolisme, yaitu respirasi, sehingga akan mengalami kerusakan sejalan dengan waktu penyimpanan.  Fungsi ketiga dari kemasan, adalah sebagai media promosi produk pangan. 

Bila kemasan yang digunakan menarik, akan membuat konsumen akan membeli.  Misalnya untuk produk roti digunakan kemasan yang transparan, sehingga produk roti terlihat dengan jelas, maka konsumen akan mudah melihat langsung produknya dan menentukan pilihannya.
Kemasan pangan berasal dari berbagai jenis bahan, yang sering digunakan adalah kertas, plastik, logam, kayu, kaca/gelas, dan kombinasi dari kemasan yang ada.  Hampir semua jenis kemasan banyak digunakan untuk mengemas produk pangan di Indonesia.  Namun saat ini, pemahaman mengenai sifat-sifat kemasan di masyarakat masih kurang.  Walaupun suatu kemasan aman digunakan untuk produk pangan, namun harus digunanakan dengan cara tertentu supaya tidak mengakibatkan terjadinya migrasi bahan kemasan ke dalam produk pangan yang dapat menyebabkan ganguan kesehatan.  Pada tiap jenis kemasan, ada persyaratan tertentu yang harus diikuti supaya menghasilkan kemasan yang aman bagi kesehatan.
Kemasan yang harus diperhatikan dalam pemilihan kemasan berhubungan dengan keamanan pangan adalah kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung berhubungan atau kontak dengan produk pangan.  Kemasan primer memiliki resiko terjadinya migrasi bahan kemasan yang paling besar.


BAHAYA KEMASAN KERTAS.
Kertas adalah kemasan yang paling murah dan mudah didapatkan.  Biasanya digunakan untuk produk
pangan yang berbentuk padat dan langsung konsumsi, sebagai kemasan primer.  Namun banyak digunakan untuk kemasansekunder. Kertas mudah rusak, terutama bila kontak dengan minyak atau air sehingga tidak digunakan untuk produk pangan yang berminyak dan cairan.  Kecuali untuk kertas yang dikombinasikan dengan plastik ataupun aluminium foil, tahan terhadap air atau minyak.
 Di Indonesia, masih banyak digunakan kemasan kertas yang berasal dari kertas bekas, untuk membungkus gorengan, dengan alasan pemanfaatan kertas bekas dan harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan kertas yang masih bersih/baru.  Bahaya yang dapat ditimbulkan dari kertas bekas adalah :
  1.  Adanya kemungkinan kontaminasi dari mikroorganisme yang sudah berada pada kertas bekas, sehingga dapat merusak produk pangan dan menimbulkan penyakit.
  2. Bila kertas bekas yang digunakan mengandung tinta (kertas yang sudah di print  Apalagi bila digunakan untuk membungkus produk pangan yang berminyak seperti gorengan.  Minyak yang panas dapat melarutkan Pb, sehingga akan bermigrasi ke dalam produk pangan, dan terkonsumsi oleh konsumen. atau koran), berarti mengadung timbal (Pb) yang sangat berbahaya bagi kesehatan.

Keracunan akut yang ditandai dengan kadar lebih dari 0,72 ppm dalam darah.Efek astrigen menimbulkan rasa haus dan rasa logam. Setelah terpajan secara akut oleh timbal penderita akan menimbulkan gejala-gejala seperti kram perut, kolik, dan biasanya diawali oleh sembelit. Gejalah lain yang sering timbul ialah mual, muntah dengan muntahan menyerupai susu karena Pb klorida. Tinja warna hitam dapat disertai dengan diare atau konstipasi.  Terhadap susunan saraf pusat, timbale anorganik menyebabkan paraestesia, nyeri dan kelemahan otot. Anemia berat dan hemoglobinuria terjadi karena hemolisis darah. Dapat timbul kerusakan ginjal, gagal ginjal akut, dan kematian yang terjadi dalam 1-2 hari. Kalau keracunan akut teratasi, umumnya akan terlihat gejala keracunan Pb kronik.

Keracunan Kronik dari berbagai literatur diketahui bahwa timbal adalah neurotoksin (racun yang menyerang saraf) yang bersifat akumulatif, yang mengganggu fungsi ginjal (nefrotoksik), system hemopoietik, saluran pencernaan, system saraf pada remaja, menurunkan fertilitas dan berpotensi menurunkan kecerdasan (IQ) anak – anak.

 

BAHAYA KEMASAN KACA/GELAS dan PORSELEN
Kaca/gelas dan porselen merupakan kemasan yang paling tahan terhadap air, gas ataupun asam, atau memiliki sifat yang inert.  Kemasan kaca juga dapat diberi warna Kemasan kaca/gelas banyak digunakan untuk produk minuman yang memiliki sifat-sifat tertentus sehingga dapat menyaring cahaya yang masuk ke dalam kemasan kaca.  Misalnya untuk minuman sari jeruk nipis, digunakan kemasan kaca berwana coklat, bertujuan agar kandungan asamnya tidak bereaksi dengan kemasan dan dipilih yang berwarna coklat agar cahaya tidak merusak vitamin C yang terkandung di dalamnya.  Warna yang paling baik menyaring cahaya ultraviolet adalah warna amber dan merah. Jenis kemasan ini dianggap kemasan yang paling aman untuk produk pangan.

PORSELEN
Porselen atau keramik, biasanya sering digunakan sebagai gelas atau peralatan makan.  Porselen ada yang dibuat dari tanah liat ada pula yang dibuat dari bahan dolomite dengan beberapa bahan campuran lainnya.  porselen cukup aman digunakan sebagai wadah makanan, terutama yang bersuhu tinggi.  namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih gelas, atau peralatan makan dari porselen. porselen dibuat dengan membakarnya pada suhu sangat tinggi yaitu di atas suhu 1200°C. 
Pembakaran yang sempurna akan menghasilkan porselen yang baik dan kuat, namun bila pembekaran kurang dari 800°C, maka porselen yang dihasilkan akan kurang baik.   bila bahan baku yang digunakan adalah dolomite, maka kualitas porselen juga kurang baik. 
Porselen dari bahan baku dolomite atau dengan pembekaran yang kurang sempurna masih akan terjadi migrasi ke dalam bahan pangan.  Dolomit merupakan bahan baku yang cukup luas penggunaannya, antara lain digunakan dalam industri gelas dan kaca lembaran, industri keramik dan porselen, industri refraktori, pupuk dan pertanian.  Warna porselen umunya putih, sedangkan bila dengan bahan dolomite akan berwarna agak kusam.
 
BAHAYA PLASTIK

Plastik merupakan kemasan yang mudah didapatkan dan murah harganya, tersedia dalam berbagai jenis, ketebalan, dan bentuk yang dapat dipilih sesuai dengan keinginan dan produk pangan.  Kemasan plastik memiliki jenis yang paling beragam, dengan karakteristiknya yang sangat beragam pula.  Secara umum, penggunaan plastik saat ini mulai dikurangi, karena sifatnya yang tidak bisa terdegradasi di alam.  Namun beberapa jenis plastik masih ada yang dapat didaur ulang dan aman digunakan untuk produk-produk pangan dengan cara penggunaan yang tepat.
Jenis plastik padat diidentifikasi melalui kode angka dalam panah berbentuk segitiga, yang dikembangkan oleh The American Society of Plastik Industry.  Kode-kode tersebut di bawah ini hanya menjelaskan terbuat dari jenis plastik apakah kemasan tersebut. 
 
1 = PET, Polyethylene terephthalate
2 = HDPE, High-density polyethylene
3 = V – Vynil atau PVC - Polyvinyl chloride
4 = LDPE - Low density polyethylene
5 = PP Polypropylene
6 = PS- Polystyrene
7 = OTHER
            Penggunaan plastik yang aman digunakan untuk bahan pangan belum banyak diperhatikan oleh industri kecil, industri rumah tangga, atau pedagang makanan siap saji, seperti bakso ataupun lauk pauk.  Bahan pangan yang dikemas, sering berupa makanan yang berkuah panas ataupun berminyak.  Harus diperhatikan bahwa, plastik dapat bereaksi dengan panas dan minyak, polimer-polimernya dapat lepas, sehingga masuk ke dalam produk pangan.  Hal inilah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit.
                Dari ke-7 jenis plastik di atas, yang paling aman digunakan untuk mengemas produk pangan adalah 2 (LDPE), 4 (HDPE), dan 5 (PP).  Untuk kemasan jenis PET (1), paling banyak digunakan untuk mengemas minuman dalam bentuk botol.  Kemasan ini cukup aman digunakan karena memiliki ketahan terhadap suhu tinggi hingga 200⁰C dan memiliki sifat mekanik yang baik (tidak mudah berubah bentuk).  Botol PET dapat digunakan kembali untuk mengisi air, tetapi harus air pada suhu kamar dan tidak berkali-kali.  Bila digunakan hingga berkali-kali, maka polimer-polimernya akan rusak hingga dapat mengkontaminasi produk yang dikemasnya.  Namun botol PET tidak tahan terhadap sinar ultraviolet, sehingga tidak mampu melindungi kandungan yang mudah rusak oleh sinar UV seperti vitamin C.  Bila ada produk minuman yang mengadung vit C 1000 mg dengan kemasan botol PET, maka telah diberi bahan aditif lain sebagai anti UV.
                Plastik yang paling banyak digunakan adalah PE dan PP, terutama karena harganya yang murah dan sangat mudah digunakan dengan berbagai macam bentuk dan ukurannya.  Namun untuk penggunaannya, pemilihan jenis plastik yang tepat akan meningkatkan keamanan pangan bagi konsumen.  Untuk itu sangat perlu dipahami sifat-sifat paling umum dari jenis-jenis plastik yang ada.  Untuk produk-produk pangan yang panas dan berminyak lebih baik menggunakan polipropilen, karena memiliki ketahanan terhadap panas yang paling tinggi, yaitu hingga 130⁰C, namun bila akan membekukan produk pangan, maka lebih baik menggunakan kemasan plastik berupa polietilen, karena memiliki ketahanan pecah paling tinggi pada kondisi beku hingga suhu -80⁰.  Untuk membedakan plastik polietilen dan polipropilen, tidak ada tanda yang jelas dari para produsennya,sehingga yang paling mudah dilakukan adalah mengamati sendiri perbedaannya.  Plastik polietilen lebih kusam dibandingkan dengan polipropilen yang lebih bening atau transparan.
                Untuk kemasan dengan nomor 3 (PVC) dan 6 (PS) lebih baik jangan digunakan untuk mengemas produk pangan, karena sangat rentan terjadi migrasi bahan kemasan ke dalam produk pangan.  Untuk kemasan 7 (other), mencakup sangat banyak jenis kemasan lainnya, dimana ada yang berbahaya bgai kesehatan, namun ada pula yang bisa digunakan untuk produk pangan.  Namun bila ragu-ragu dalam menggunakannya untuk produk pangan, lebih baik dihindari.
                Kemasan PVC (3) mengandung bahan aditif yang disebut dengan phtalate yang sangat beracun bagi tubuh.  Phtalate tidak berikatan dengan bahan utama plastik, sehingga sangat mudah lepas ke lingkungan, terutama bila kemasan yang digunakan sudah lama digunakan dan berubah menjadi kusam.  Dalam kondisi suhu normal/kamar, PVC berbahaya digunakan untuk kontak dengan produk pangan, apalagi bila diberi perlakuan suhu tinggi.
PVC juga sering digunakan sebagai bahan baku mainan anak-anak, sehingga sebagai orang tua, lebih bijak untuk memilih mainan yang aman bagi kesehatan, karena biasanya anak-anak sering menggigit dan mengisap mainannya.
                Untuk kemasan no 6, yaitu polistiren, produknya lebih sering kita kenal dengan styrofoam. Penggunaannya sangat disukai oleh para produsen makanan, terutama yang siap saji, seperti nasi atau mi goreng, mi instan, atau bahkan digunakan untuk mengemas nasi beserta lauk pauknya.  Banyak pula yang digunakan untuk menyeduh kopi atau teh panas. 
Untuk styrofoam, bila kontak dengan suhu tinggi, senyawa stirenenya akan lepas dan bermigrasi ke dalam produk pangan, sehingga berbahaya bagi kesehatan.  Styrofoam sebenarnya cukup aman digunakan untuk produk yang tidak berlemak dan tidak bersuhu tinggi, namun bila dilihat dari faktor keamanan lingkungannya, akibat tidak bisa terurai sama sekali, maka penggunaan styrofoam lebih baik dihindari, dengan langsung menggunakan piring kaca bila kondisinya memungkinkan.
                Kemasan dengan nomor 7, yang utama adalah plastik dengan kandungan polikarbonat atau PC.  Plastik ini mengeluarkan senyawa BPA atau Bisphenol A yang sangat berbahaya bagi kesehatan.  Plastik yang mengandung BPA memiliki kekuatan yang sangat baik dan sangat jernih, sehingga digunakan sebagai bahan pembuat kaca jendela mobil atau bahkan pesawat.  Namun banyak juga yang digunakan sebagai bahan pembuat botol bayi. Botol susu bayi atau gelas minum sippy cup untuk balita, biasanya harus disterilisasi dengan direbus atau dikukus, padahal BPA sangat mudah lepas dalam kondisi suhu tinggi.  Sehingga untuk menjaga keamanan dan kesehatan keluarga, lebih baik memilih peralatan makan bayi dan balita yang berkode 5 atau PP.  Sudah banyak dijual di pasaran botol bayi yang bebas BPA.
AHAYA MELAMIN
Melamin merupakan salah satu jenis plastik yang terbuat dari resin (bahan utama plastik) dan formalin atau formaldehid.  Melamin termasuk ke dalam jenis plastik nomer 7,karena komposisi bahannya. Saat pertama muncul, melamin sangat mahal, karena sangat kuat dan tahan lama.  Namun saat ini banyak beredar peralatan yang ‘dikatakan’ terbuat dari melamin dengan harga yang murah (Rp. 10.000,- dapat 3 buah) yang merupakan buatan cina.  Melamin dengan harga yang lebih tinggi dan melamin dari cina berbeda dari bahan bakunya. 

Melamin harga mahal, memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap suhu tinggi dibandingkan melamin produk cina.  Dapat dilihat pada melamin produk cina, bila digunakan untuk menyeduh the atau sering digunakan sebagai wadah sup panas, maka warna putihnya akan berubah menjadi kecoklatan.  Hal ini disebabkan karena terjadinya migrasi bahan-bahan melamin, sehingga berubah warna.  Sedangakan pada melamin harga mahal, tidak akan terjadi perubahan warna yang nyata, namun pasti juga akan mengalami migrasi bila kontak dengan suhu tinggi.
Melamin mengandung formalin, yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh, namun dapat meningkatkan kualitas melamin menjadi lebih kuat.  Dari penelitian yang telah banyak dilakukan pada peralatan dari melamin, ternyata formalin pada peralatan dapat bermigrasi ke produk pangan, terutama bila produk pangannya berada pada suhu tinggi atau panas, misalnya untuk wadah minuman panas atau sup panas.   Selain itu melamin juga tidak boleh digunakan di dalam microwave.  Melamin akan menyerap radiasi microwave dan panas akan meningkat.
Untuk kemananan pangan, penggunaan peralatan makan dari melamin harus benar-benar diperhatikan cara penggunaannya, seperti tips berikut ini :
  1. jangan digunakan untuk produk yang panas (minuman atau sup panas) atau asam
  2. jangan digunakan dalam microwave
  3. jangan menggunakan peralatan makan dari melamin yang sudah berubah warna
  4. dan yang paling aman adalah menghindari pemakaian peralatan makan dari melamin, karena hampir tidak mungkin membedakan peralatan makan dari melamin yang tidak melepaskan formalin

3 komentar: