1. Definisi dan Klasifikasi
Pancing tonda
adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali panjang, mata pancing,
dan umpan serta tidak menggunakan pemberat. Pancing ditarik di belakang perahu
motor atau kapal yang sedang bergerak. Umpan yang dipakai adalah umpan buatan.
Pancing tonda termasuk ke dalam alat penangkap ikan pancing. (Ayodyoa, 1981)
2. Alat Penangkap Ikan
Pancing tonda terdiri dari 2 komponen utama, yaitu
tali (line), mata pancing (hook), kili-kili (swivel), tali kawat (stainles
steel), dan umpan. Tali pancing
biasanya terbuat dari bahan benang katun, nylon,
atau polyethylen. Mata pancing
dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang anti karat. Jumlah mata
pancing yang terdapat pada setiap perangkat pancing bisa tunggal atau ganda,
tergantung jenis pancingnya. Ukuran mata pancing yang digunakan tergantung jenis
pancingnya. (Subani dan Barus, 1989)
Mata pancing
yang digunakan bernomor 4, 5, dan 6. Ukuran pancing nomor 4 tinggi 6,5 cm
dengan lebar 2,8 cm. Mata pancing nomor 5 tinggi 5,6 cm dengan lebar 2,5 cm.
Sedangkan untuk mata pancing nomor 6 tinggi 5,2 cm dengan lebar 2,2 cm. (Nugroho,
2002)
Parameter
utama dari pancing tonda adalah ukuran mata pancingnya.
3. Kelengkapan Alat dalam Unit
Penangkapan Ikan
3.1
Kapal
Perahu atau kapal
yang digunakan adalah perahu motor tempel jenis congkreng. Perahu terbuat dari
kayu sengon. Perahu pancing tonda dilengkapi dengan kayu penyeimbang pada sisi
kiri dan sisi kanan. Perahu digunakan untuk mengangkut tenaga kerja dan membawa
hasil tangkapan. (Nugroho, 2002)
Kayu penyeimbang
inilah yang disebut kincang. Kincang terbuat dari bambu atau kayu, dengan
panjang 6 m dan lebar 4 m. (Nugroho, 2002)
3.2
Nelayan
Nelayan pancing
tonda berjumlah 1-2 orang dalam satu perahu. Pembagian tugas bagi nelayan
adalah satu orang sebagai juru mudi yang merangkap sebagai pemancing di bagian
buritan perahu dan yang lainnya bertugas sebagai pemancing. (Nugroho, 2002)
3.3
Umpan
Pada umumnya umpan
yang digunakan pancing tonda adalah umpan buatan atau umpan tiruan. Umpan tiruan
tersebut banyak terbuat dari bulu ayam yang halus (chicken feaders), bulu domba (sheep
wools), bahan dari plastik berbentuk miniatur menyerupai bentuk aslinya
(misal : cumi-cumi, ikan). (Subani dan Barus, 1989)
4. Metode Pengoperasian
Penangkapan
pancing tonda biasanya dilakukan pada waktu pagi sampai sore hari. Kegiatan ini
meliputi persiapan, pencarian fishing
ground, dan operasi pemancingan. Penangkapan dengan pancing tonda dilakukan
dengan cara menduga-duga dengan berlayar kesana-kesini (manoeve), bisa juga terlebih dahulu mencari kawanan ikan. (Subani
dan Barus, 1989)
Setelah terlihat
tanda-tanda ikan, kecepatan perahu diturunkan, lalu menurunkan pancing secara
perlahan. Nelayan yang berada di haluan perahu menggunakan kait yang telah
terpasang di bagian belakang perahu untuk memasang pancing. Pancing tonda
dioperasikan dengan cara menggerak-gerakkan tali pancing dan menarik-nariknya
sambil mengejar ke arah gerombolan ikan dengan perahu layar maupun kapal motor
secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air, lapisan dalam maupun
menelusuri dasar perairan. (Nugroho, 2002)
5. Daerah Pengoperasian
Pancing tonda
lapisan perairan atas hampir terdapat dimana-mana, untuk tonda lapisan dalam
terutama di sekitar selat Alas, Muna-Buton dan beberapa daerah perikanan
Indonesia Timur. Sedangkan untuk lapisan permukaan dasar banyak digunakan di
daerah Jawa Tengah. (Subani dan Barus, 1989)
6. Hasil Tangkapan
Alat tangkap
ini menangkap jeni-jenis ikan kualitas tinggi misal ikan tuna, cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynrus affinis), tenggiri (Scomberomeus commersinii), dan ikan
pelagis lainnya. (Nugroho, 2002)
Daftar Pustaka
Nugroho,
Prasetyo. 2002. Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing Terhadap hasil Tangkapan
Pancing Tonda di Perairan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Bogor : Institut Petanian
Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar