1. Definisi dan Klasifikasi
Jaring
bandrong adalah jaring angkat yang berbentuk empat persegi panjang atau bentuk
bujur sangkar, dibuat dari waring (bandong rebon) atau waring karuna, dari
benang katun (banrong). Jaring banrong dikelompokkan ke dalam alat tangkap
jaring angkat (lift nets). (Subani
dan Barus, 1989)
Menurut
ukurannya, banrong dapat dibagi menjadi dua yaitu : banrong besar dan banrong
kecil. (Assir, 1986)
2. Alat Penangkapan Ikan
Banrong
terdiri dari beberapa bagian yaitu tiang penyanggah yang biasa terbuat dari
bambu atau kayu yang berfungsi sebagai panahan agar banrong dapat berdiri biasanya
terdiri dari 6 buah tiang, jala-jala
terdapat pada banrong besar yang berfungsi sebagai pintu penutup sebelum bibir
jaring utama terangkat ke permukaan air tali pengangkut yang berfungsi untuk mengangkat jaring saat ikan telah
terkumpul pada banrong, tali pembentang yang berfungsi sebagai tempat
terkaitnya sisi jaring, pemberat yang terbuat dari timah atau batu kali dan
yang terakhir jaring terbuat dari bahan katun yang merupakan tempat ikan
terkumpul. Parameter utama dari banrong ini adalah besar atau kecil jaring yang
digunakan dan lama waktu perendaman jaring banrong. (Sugianto, 1986).
3. Kelengkapan alat dalam unit penangkapan
ikan
3.1 Kapal
Perahu yang
digunakan adalah perahu jukung yang terbuat dari kayu jati (Tectona grandis).
Ukuran perahu yang digunakan sangat bervariasi. Perahu biasanya digunakan pada
saat mengambil hasil tangkapan, memasang dan melepaskan jaring, serta digunakan
oleh nelayan untuk alat transportasi. (Assir, 1986)
3.2 Nelayan
Nelayan yang
dibutuhkan pada penoperasian pada jaring banrong besar sebanyak 4-5
orang, sedangkan banrong kecil hanya 1-2 orang. Mereka bertugas mengawasi ikan
yang sudah terkumpul dan mengangkatnya. (Assir, 1986)
3.3 Alat Bantu
Alat bantu yang
digunakan dalam pengoperasian jaring banrong adalah serok yang berfungsi untuk
mengambil hasil tangkapan yang telah terkumpul dalam jaring. (Sugianto, 1986)
4. Metode
pengoperasian alat
Jaring harus
terpasang lebih dahulu pada bangunan banrong. Tiang penyanggah banrong dapat bergerak naik turun
sehingga keempat sisi jaring dapat tenggelam ke dasar dan memungkinkan ikan
datang dari segala penjuru. Lalu menunggu ikan yang melintas diatas jaring,
setelah ikan terkumpul, nelayan mengangkat jaring dan mengambil hasil tangkapan
dengan alat bantu serok. Setelah itu jaring diturunkan dan jaring dilepaskan
dari bangunan banrong. (Assir, 1986)
5. Daerah Pengoperasian
Daerah pengoperasian
adalah perairan pantai, disepanjang pantai yang terlindung dari gelombang besar
dan di perairan terumbu karang, serta di muara-muara sungai sepanjang aliran
sungai. (Sugianto, 1986)
Alat tangkap
ini banyak sekali ditemukan di Sulawesi Selatan. (Assir, 1986)
6. Hasil Tangkapan
Hasil
tangkapan banrong pada umumnya adalah ikan pelagis. Hasil tangkapan utama
adalah tembang (Sardinella fimbriata),
teri (Stolephorus sp), Belanak (Beolopthalmus
bodarti ). Hasil tangkapan sampingan
adalah tongkol (Auxis sp)
(Subani,1989).
Daftar Pustaka
Assir,
Andi. 1986. Studi Tentang Banrong, Salah Satu Alat Penangkap Ikan di Kab.
Barru, Sulawesi Selatan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor
Sugianto . 1986. Studi Tentang Banrong Salah Satu Alat Penangkap Ikan di
Kab. Barru. Skripsi. Bogor : Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi
Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan.
Subani W dan HR.1986. Alat Penangkap Ikan dan Udang laut di Indonesia.
Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta:
Departemen Kelautan dan Perikanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar