Rabu, 11 April 2012

Keadaan Umum Pelabuhan Ratu


Pelabuhan perikanan adalah tempat dimana kegiatan-kegiatan pendaratan ikan, pelelangan ikan, dan tempat transaksi jual beli ikan terjadi. Pelabuhan perikanan merupakan salah satu mata rantai penting dalam proses rantai transportasi ikan. Ikan-ikan yang telah ditangkap di lautan lepas akan dikumpulkan di pelabuhan perikanan sebelum dilelang atau dijual ke konsumen. Dari sinilah, ikan-ikan berbagai mutu didaratkan dan diseleksi berdasarkan mutunya untuk menentukan harga jual ikan tersebut. Pelabuhan perikanan di Indonesia dibagi menjadi empat tipe berdasarkan kuota kapal dan komoditas ikan yang masuk. Empat tipe tersebut adalah pelabuhan perikanan samudera (PPS), pelabuhan perikanan nusantara (PPN), pelabuhan perikanan pantai (PPP), dan pantai pendaratan ikan (PPI). Salah satu pelabuhan perikanan nusantara adalah Pelabuhan Ratu yang terletak di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pelabuhan Ratu merupakan pelabuhan perikanan nusantara yang melayani pendaratan kapal hingga 90 GT, dan merupakan salah satu tempat pusat pelelangan ikan. Berbagai komoditi ikan ada disana, namun komoditi ikan yang paling dominan adalah ikan jenis tuna (Thunnus sp.) dan layur (Trichiurus sp.), dan merupakan komoditas ekspor andalan dari Pelabuhan Ratu.
Pelabuhan Ratu merupakan salah satu unsur penting dalam pemanfaatan potensi perikanan di Indonesia. Potensi perikanan Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Secara keseluruhan mencapai 65 juta ton, yang terdiri dari 7.3 juta ton pada sektor perikanan tangkap dan 57.7 juta ton pada sektor perikanan budidaya. Namun, baru 9 persen atau sekitar 6 juta ton yang sudah dimanfaatkan. Hingga saat ini Indonesia menempati urutan ke 12 untuk negara pengekspor produk perikanan. Posisinya berada di bawah Vietnam dan Thailand yang sebenarnya memiliki sumber daya terbatas dan jauh di bawah Indonesia. (www.tempointeraktif.com).
1.2 Tujuan
  1. Mengetahui dan mempelajari kegiatan di tiap mata rantai produk perikanan tangkap di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.
  2. Mengetahui berbagai hal mengenai karakteristik bahan baku yang terdapat di pelabuhan ratu.
  1. Isi
2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pelabuhan Ratu digolongkan sebagai Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) karena memiliki kriteria PPN seperti di bawah ini:
  • Melayani kapal berukuran ≥ 30 GT (wilayah laut teritorial dan ZEEI);
  • Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal berukuran ≥ 30 GT (panjang dermaga ≥150 m, kedalaman kolam ≥  –3 m);
  • Menampung ≥ 75 buah kapal perikanan;
  • Produksi 30 ton/hari;
  • Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan eksport
  • Memiliki lahan dengan luas ≥ 15  Ha
  • Memiliki laboratorium pengujian mutu hasil perikanan
  • Terdapat industri perikanan
Pelabuhan Ratu dibangun sejak tahun 1990 dengan luas kolam 3 hektar, dioperasionalkan tahun 1993 dan tahu 1998 mendesain kolam baru dengan luas kolam 2 hektar. Pelabuhan Ratu memilki dua macam kolam yaitu kolam yang berfungsi untuk penambatan kapal yang ukurannya < 30 GT seperti pancing, rawai, gillnet dan payang serta kolam untuk penambatan kapal yang ukurannya > 30 GT seperti long line. Pembangunan yang akan didirikan dalam waktu dekat ini adalah penambahan dua kolam dengan luas 3 hektar yang dapat mengoperasikan kapal lebih dari 3 GT. Fasiltas tambahan lainnya seperti perluasan darmaga, kawasan industri, laboratorium untuk pengujian mutu, formalin dan histamin. Adapun rencana kegiatan tahun 2009, yaitu pembangunan pasar ikan, renovasi gedung TPI dan K-3. Selain itu ada rencana pembangunan tahun 2010, meliputi pembangunan depo pasar dan los pasar.
Adapun fungsi pelabuhan perikanan menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.16/MEN/2006  antara lain
  • Pelayanan sandar & labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan
  • Pelayanan bongkar muat
  • Pelaksanaan pembinaan mutu & pengolahan hasil perikanan
  • Pemasaran dan distribusi ikan
  • Pengumpulan data tangkapan & hasil perikanan
  • Pelaksanaan penyuluhan & pengembangan masyarakat nelayan
  • Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan
  • Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan
  • Pelaksanaan kesyahbandaran
  • Pelaksanaan fungsi karantina ikan
  • Publikasi hasil riset kelautan dan perikanan
  • Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari
  • Pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan, dan ketertiban (K3), kebakaran dan pencemaran).
PPN Pelabuhan Ratu memiliki peranan sebagai berikut:
  1. Efisiensi Biaya Operasional Usaha Penangkapan
  2. Meningkatkan harga jual hasil tangkapan
  3. Pertumbuhan industri
  4. Penyerapan tenaga kerja
  5. Peningkatan Pendapatan Nelayan
  6. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Sumber daya manusia yang ada di Pelabuhan Ratu pada umumnya merupakan lulusan S1 dan ada juga lulusan  yang hanya sampai SMA. Sedangkan sumber daya alamnya termasuk tinggi. Namun tidak setiap hari mendapatkan hasil tangkapan untuk menjaga sumber daya tetap ada.
Potensi Sumber Daya Ikan
Pelabuhan Ratu merupakan tempat pendaratan ikan yang paling aktif di Jawa Barat. Pendaratan ikan di daerah ini telah berkembang pesat dari tahun ke tahun. Perairan ini merupakan penghasil tuna dan cakalang yang besar. Siregar (1980) mengungkapkan bahwa dari berbagai jenis ikan yang tertangkap di Perairan Pelabuhan Ratu, ikan cakalang merupakan ikan yang dominan tertangkap, selanjutnya tuna dan tembang.
Luas daerah penangkapan ikan pelagis dan demersal di Pelabuhan Ratu adalah 2.376 km² dengan kepadatan stok 6.273 ton/km². Besarnya sumber yang terdiri dari ikan-ikan pelagis, demersal dan udang adalah 25.049 ton dengan potensi lestari sebesar 12.530 ton. Keadaan potensi perikanan laut di Perairan Pelabuhan Ratu dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Potensi Perikanan laut di Perairan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi,            Jawa Barat.
Jenis Sumber
Luas daerah penangkapan ( x 10³ Km²)
Kepadatan stok (ton/Km²)
Potensi lestari
( x 10³)
Pelagis
2.376
3.873
4.180
Demersal
2.376
2.400
2.850
Udang
-
-
5.500
Sumber : Kantor Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi
Ikan tuna dan cakalang cukup banyak ditemui di Perairan Cilacap sampai selatan teluk Pelabuhan Ratu. Pelabuhan Ratu merupakan teluk yang berhubungan langsung dengan Samudra Hindia dengan produktivitas perairan yang tinggi sesuai dengan sifat-sifat perairan tropis. Pelabuhan Ratu merupakan perairan yang subur karena berwarna hijau sebagai indikasi keberadaan plankton yang menentukan kesuburan suatu perairan. Hambatan yang sering dijumpai di Pelabuhan ini adalah angin dan gelombang yang terkadang datang secara tiba-tiba. Meskipun usaha penangkapan di teluk Pelabuhan Ratu dapat dilakukan sepanjang tahun, tetapi hanya pada musim Timur (Mei-Oktober) yang menguntungkan, sedangkan untuk tuna dan cakalang terutama pada musim kemarau.
Usaha penangkapan tuna dan cakalang di Pelabuhan Ratu umumnya dilakukan oleh nelayan setempat dengan menggunakan alat tangkap pancing, payang, dan drift gillnet. Pengoperasian payang dilakukan hanya di sekitar mulut teluk atau sedikit ke teluk berjarak 15-20 mil dari pantai, sedangkan drift gillnet beroperasi disekitar mulut teluk sampai ke Samudra Hindia. Untuk meningkatkan produksi kedua jenis alat tangkap ini, alternatif yang dipilih adalah dengan memperjauh jarak penangkapan, yaitu ke Samudra Hindia.
Pada musim Barat, kapal-kapal nelayan yang berukuran kecil jarang turun ke laut karena kondisi perairan dan cuaca yang buruk. Hanya kapal diesel misalnya kapal rawai cucut permukaan yang melakukan penangkapan. Pada musim ini para nelayan rawai cucut cenderung mengalihkan daerah operasi penangkapannya (fishing ground) ke perairan sebelah barat pulau Sumatera. Perairan tersebut misalnya perairan sekitar Bengkulu, Kepulauan Mentawai, Pulau Enggano dan lain-lain. Beberapa kapal ada juga yang beroperasi ke perairan selatan pulau Jawa sampai Pacitan, Cilacap, Pangandaran, Pamengpeuk dan lain-lain. Pada musim Timur banyak nelayan yang turun ke laut. Pada musim ini kapal rawai cucut terutama beroperasi tidak jauh dari fishing base Pelabuhan Ratu. Sebagian besar nelayan beroperasi ke perairan selatan Jawa dan beroperasi jauh dari garis pantai.
Hasil Tangkapan
Ikan-ikan yang biasa didaratkan di Pelabuhan Ratu antara lain : ikan teri gelagar, salem, bawal hitam, bawal putih, marlin, kani, sotong, cumi-cumi, berbagai jenis udang, lobster dan lain-lain. Ikan-ikan tersebut ditangkap dengan alat tangkap yang berbeda-beda. Hasil tangkapan untuk masing-masing ikan juga berbeda antar nelayan bergantung hasil tangkapannya. Umumnya para nelayan menggunakan es untuk penanganan ikan. Ikan-ikan tersebut dijual dan dipasarkan dengan harga yang bervariasi mulai dari Rp10.000/Kg untuk ikan teri sampai Rp 80.000/Kg untuk bawal putih.
Alat tangkap payang di Pelabuhan Ratu menangkap ikan-ikan pelagis terutama dari jenis-jenis tongkol (Auxis Sp.), ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) merupkan hasil tangkapan yang terbesar dan pada umumnya tertangkap sepanjang tahun. Ikan tongkol abu-abu tertangkap sepanjang tahun, sdangkan hasil tangkap maksimum terjadi antara bulan Mei-November. Jenis tongkol yang lain adalah Lisong (bahasa nelayan Pelabuhan Ratu).
Daerah penangkapan di Pelabuhan Ratu meliputi seluruh perairan teluk Pelabuhan Ratu dengan radius 20 mil sampai 30 mil, mulai dari ujung Genteng  sampai Binuangan. Arah arus di perairan teluk Pelabuhan Ratu tidak tentu sepanjang tahunnya, biasanya pada bulan November dan Desember aah arus menuju ke barat laut. Kecepatan arus umumnya rata-rata sedang. Musim ikan pelagis khususnya jenis-jenis tongkol dan cakalang sebagai tujuan utama penangkapam ikan dengan jaring payang terjadi pada bulan Juni-Oktober.










Musim penangkapan Ikan Pelagis Besar
Wilayah Pengelolan Perikanan di Kawasan Timur Indonesia
Di kawasan timur Indonesia, puncak musim penangkapan ikan cakalang pada umumnya berkisar pada musim peralihan I (April, Mei, dan Juni) hingga awal musim timur. Di Maumere (NTT), puncak musim terjadi pada Februari dan November, yaitu akhir musim barat dan akhir musim peralihan II.Kisaran bulan-bulan musim penangkapan ikan tuna dan cakalang dengan menggunakan alat tangkap rawai tuna sebagai berikut :Perairan Selat Makassar bagian selatan (Maret-Juli) Laut Flores (September-Maret) Laut Banda (September- Maret) Perairan Aru (September-Maret) Laut Arafura (Agustus-Mei) Laut Seram (Agustus-Maret) Laut Maluku (Agustus-Maret) Teluk Tomini (Oktober-April) Perairan Laut Banda yang kedalamannya mencapai 10.000 m merupakan salah satu daerah penangkapan ikan tuna (terutama ikan tuna mata besar) di kawasan timur Indonesia. Musim penangkapan di perairan Laut Banda mencapai puncaknya pada bulan November.Wilayah

Pengelolaan Perikanan di Kawasan Barat Indonesia
Penyebaran ikan-ikan tuna di kawasan barat Indonesia terutama terdapat di Samudera Hindia. Di perairan ini terjadi percampuran antara perikana tuna lapisan dalam yang dieksploitasi dengan alat rawai tuna dengan perikana tuna permukaan yang dieksploitasi menggunakan alat tangkap pukat cincin, gillnet, tonda, dan payang.Pemanfaatan sumberdaya ikan tuna secara umum dilakukan dengan menggunakan alat tangkap pancing tonda. Jenis ikan yang banyak tertangkap di wilayah ini adalah cakalang dan madidihang. Hasil analisis data produksi menyebutkan bahwa titik tertinggi terjadi pada bulan Oktober. Ini berarti, puncak musim penangkapan ikan pelagis besar dengan menggunakan alat tangkap tonda di perairan barat Sumatera terjadi pada bulan Oktober.Di Bengkulu, jenis ikan tongkol dan tengiri cukup mendominasi produksi perikanan setempat. Musim penangkapan ikan tongkol di wilayah Bengkulu berlangsung antara bulan September sampai Januari dan puncaknya terjadi pada bulan November.Data dan informasi musim penangkapan sumberdaya ikan pelagis besar untuk perairan Samudera Hindia di wilayah selatan Jawa dan Nusa Tenggara diperoleh dari basis penangkapan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu (Jawa Barat), Pelabuhan Perikanan Nusantara Cilacap (Jawa Tengah), dan Pelabuhan Benoa (Bali).Ikan pelagis besar yang tertangkap di Pelabuhanratu didominasi oleh ikan cakalang dan tongkol yang banyak tertangkap oleh alat tangkap jaring insang hanyut. Berdasarkan data yang diperoleh, diduga bahwa musim penangkapan ikan cakalang dan tongkol di wilayah perairan selatan Jawa berlangsung antara Juni sampai Oktober dan puncaknya terjadi pada Agustus-September.Di Bali, alat tangkap utama yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar yang berpangkalan di Benoa adalah rawai tuna. Namun, masih ada alat lain yang digunakan dalam pemanfataan sumberdaya ikan pelagis besar yaitu pancing tonda yang dioperasikan dengan perahu jukung dan diberi motor tempel dengan kekuatan 12 PK.Ikan tuna sirip biru adalah jenis ikan tuna yang punya nilai paling tinggi. Perairan Samudera Hindia di sebelah selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara merupakan daerah pemijahan dari jenis tuna ini. Ikan biasanya bermigrasi ke perairan selatan Jawa dan Bali, dan umumnya nelayan menangkap ketika berada dalam kondisi memijah pada November dan Januari. Tingginya nilai tuna sirip biru menyebabkan ikan ini menjadi target penangkapan terutama oleh armada Jepang, Taiwan, Korea, Selandia Baru,dan Australia.Disarikan dari *Balai Riset Penangkapan Laut - BRKP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar