Pelabuhan perikanan adalah tempat
dimana kegiatan-kegiatan pendaratan ikan, pelelangan ikan, dan tempat transaksi
jual beli ikan terjadi. Pelabuhan perikanan merupakan salah satu mata rantai
penting dalam proses rantai transportasi ikan. Ikan-ikan yang telah ditangkap
di lautan lepas akan dikumpulkan di pelabuhan perikanan sebelum dilelang atau
dijual ke konsumen. Dari sinilah, ikan-ikan berbagai mutu didaratkan dan
diseleksi berdasarkan mutunya untuk menentukan harga jual ikan tersebut.
Pelabuhan perikanan di Indonesia dibagi menjadi empat tipe berdasarkan kuota
kapal dan komoditas ikan yang masuk. Empat tipe tersebut adalah pelabuhan
perikanan samudera (PPS), pelabuhan perikanan nusantara (PPN), pelabuhan
perikanan pantai (PPP), dan pantai pendaratan ikan (PPI). Salah satu pelabuhan
perikanan nusantara adalah Pelabuhan Ratu yang terletak di Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat. Pelabuhan Ratu merupakan pelabuhan perikanan nusantara yang
melayani pendaratan kapal hingga 90 GT, dan merupakan salah satu tempat pusat
pelelangan ikan. Berbagai komoditi ikan ada disana, namun komoditi ikan yang
paling dominan adalah ikan jenis tuna (Thunnus sp.) dan layur (Trichiurus
sp.), dan merupakan komoditas ekspor andalan dari Pelabuhan Ratu.
Pelabuhan Ratu merupakan salah satu
unsur penting dalam pemanfaatan potensi perikanan di Indonesia. Potensi
perikanan Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Secara keseluruhan mencapai
65 juta ton, yang terdiri dari 7.3 juta ton pada sektor perikanan tangkap dan
57.7 juta ton pada sektor perikanan budidaya. Namun, baru 9 persen atau sekitar
6 juta ton yang sudah dimanfaatkan. Hingga saat ini Indonesia menempati urutan
ke 12 untuk negara pengekspor produk perikanan. Posisinya berada di bawah
Vietnam dan Thailand yang sebenarnya memiliki sumber daya terbatas dan jauh di
bawah Indonesia. (www.tempointeraktif.com).
1.2 Tujuan
- Mengetahui dan mempelajari kegiatan di tiap mata rantai produk perikanan tangkap di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.
- Mengetahui berbagai hal mengenai karakteristik bahan baku yang terdapat di pelabuhan ratu.
- Isi
2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pelabuhan Ratu digolongkan sebagai
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) karena memiliki kriteria PPN seperti di
bawah ini:
- Melayani kapal berukuran ≥ 30 GT (wilayah laut teritorial dan ZEEI);
- Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal berukuran ≥ 30 GT (panjang dermaga ≥150 m, kedalaman kolam ≥ –3 m);
- Menampung ≥ 75 buah kapal perikanan;
- Produksi 30 ton/hari;
- Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan eksport
- Memiliki lahan dengan luas ≥ 15 Ha
- Memiliki laboratorium pengujian mutu hasil perikanan
- Terdapat industri perikanan
Pelabuhan Ratu dibangun sejak tahun
1990 dengan luas kolam 3 hektar, dioperasionalkan tahun 1993 dan tahu 1998 mendesain
kolam baru dengan luas kolam 2 hektar. Pelabuhan Ratu memilki dua macam kolam
yaitu kolam yang berfungsi untuk penambatan kapal yang ukurannya < 30 GT
seperti pancing, rawai, gillnet dan payang serta kolam untuk penambatan kapal
yang ukurannya > 30 GT seperti long line. Pembangunan yang akan didirikan
dalam waktu dekat ini adalah penambahan dua kolam dengan luas 3 hektar yang
dapat mengoperasikan kapal lebih dari 3 GT. Fasiltas tambahan lainnya seperti
perluasan darmaga, kawasan industri, laboratorium untuk pengujian mutu,
formalin dan histamin. Adapun rencana kegiatan tahun 2009, yaitu pembangunan
pasar ikan, renovasi gedung TPI dan K-3. Selain itu ada rencana pembangunan
tahun 2010, meliputi pembangunan depo pasar dan los pasar.
Adapun fungsi pelabuhan perikanan
menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.16/MEN/2006
antara lain
- Pelayanan sandar & labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan
- Pelayanan bongkar muat
- Pelaksanaan pembinaan mutu & pengolahan hasil perikanan
- Pemasaran dan distribusi ikan
- Pengumpulan data tangkapan & hasil perikanan
- Pelaksanaan penyuluhan & pengembangan masyarakat nelayan
- Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan
- Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan
- Pelaksanaan kesyahbandaran
- Pelaksanaan fungsi karantina ikan
- Publikasi hasil riset kelautan dan perikanan
- Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari
- Pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan, dan ketertiban (K3), kebakaran dan pencemaran).
PPN Pelabuhan Ratu memiliki peranan
sebagai berikut:
- Efisiensi Biaya Operasional Usaha Penangkapan
- Meningkatkan harga jual hasil tangkapan
- Pertumbuhan industri
- Penyerapan tenaga kerja
- Peningkatan Pendapatan Nelayan
- Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Sumber daya manusia yang ada di Pelabuhan
Ratu pada umumnya merupakan lulusan S1 dan ada juga lulusan yang hanya
sampai SMA. Sedangkan sumber daya alamnya termasuk tinggi. Namun tidak setiap
hari mendapatkan hasil tangkapan untuk menjaga sumber daya tetap ada.
Potensi Sumber Daya Ikan
Pelabuhan Ratu merupakan tempat
pendaratan ikan yang paling aktif di Jawa Barat. Pendaratan ikan di daerah ini
telah berkembang pesat dari tahun ke tahun. Perairan ini merupakan penghasil
tuna dan cakalang yang besar. Siregar (1980) mengungkapkan bahwa dari berbagai
jenis ikan yang tertangkap di Perairan Pelabuhan Ratu, ikan cakalang merupakan
ikan yang dominan tertangkap, selanjutnya tuna dan tembang.
Luas daerah penangkapan ikan pelagis
dan demersal di Pelabuhan Ratu adalah 2.376 km² dengan kepadatan stok 6.273
ton/km². Besarnya sumber yang terdiri dari ikan-ikan pelagis, demersal dan
udang adalah 25.049 ton dengan potensi lestari sebesar 12.530 ton. Keadaan
potensi perikanan laut di Perairan Pelabuhan Ratu dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Potensi Perikanan laut di
Perairan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat.
Jenis Sumber
|
Luas daerah penangkapan ( x 10³
Km²)
|
Kepadatan stok (ton/Km²)
|
Potensi lestari
( x 10³)
|
Pelagis
|
2.376
|
3.873
|
4.180
|
Demersal
|
2.376
|
2.400
|
2.850
|
Udang
|
-
|
-
|
5.500
|
Sumber : Kantor Dinas Perikanan
Kabupaten Sukabumi
Ikan tuna dan cakalang cukup banyak
ditemui di Perairan Cilacap sampai selatan teluk Pelabuhan Ratu. Pelabuhan Ratu
merupakan teluk yang berhubungan langsung dengan Samudra Hindia dengan
produktivitas perairan yang tinggi sesuai dengan sifat-sifat perairan tropis.
Pelabuhan Ratu merupakan perairan yang subur karena berwarna hijau sebagai
indikasi keberadaan plankton yang menentukan kesuburan suatu perairan. Hambatan
yang sering dijumpai di Pelabuhan ini adalah angin dan gelombang yang terkadang
datang secara tiba-tiba. Meskipun usaha penangkapan di teluk Pelabuhan Ratu
dapat dilakukan sepanjang tahun, tetapi hanya pada musim Timur (Mei-Oktober)
yang menguntungkan, sedangkan untuk tuna dan cakalang terutama pada musim
kemarau.
Usaha penangkapan tuna dan cakalang
di Pelabuhan Ratu umumnya dilakukan oleh nelayan setempat dengan menggunakan
alat tangkap pancing, payang, dan drift gillnet. Pengoperasian payang dilakukan
hanya di sekitar mulut teluk atau sedikit ke teluk berjarak 15-20 mil dari
pantai, sedangkan drift gillnet beroperasi disekitar mulut teluk sampai ke
Samudra Hindia. Untuk meningkatkan produksi kedua jenis alat tangkap ini,
alternatif yang dipilih adalah dengan memperjauh jarak penangkapan, yaitu ke Samudra
Hindia.
Pada musim Barat, kapal-kapal
nelayan yang berukuran kecil jarang turun ke laut karena kondisi perairan dan
cuaca yang buruk. Hanya kapal diesel misalnya kapal rawai cucut permukaan yang
melakukan penangkapan. Pada musim ini para nelayan rawai cucut cenderung
mengalihkan daerah operasi penangkapannya (fishing ground) ke perairan sebelah
barat pulau Sumatera. Perairan tersebut misalnya perairan sekitar Bengkulu,
Kepulauan Mentawai, Pulau Enggano dan lain-lain. Beberapa kapal ada juga yang
beroperasi ke perairan selatan pulau Jawa sampai Pacitan, Cilacap, Pangandaran,
Pamengpeuk dan lain-lain. Pada musim Timur banyak nelayan yang turun ke laut.
Pada musim ini kapal rawai cucut terutama beroperasi tidak jauh dari fishing
base Pelabuhan Ratu. Sebagian besar nelayan beroperasi ke perairan selatan Jawa
dan beroperasi jauh dari garis pantai.
Hasil Tangkapan
Ikan-ikan yang biasa didaratkan di
Pelabuhan Ratu antara lain : ikan teri gelagar, salem, bawal hitam, bawal
putih, marlin, kani, sotong, cumi-cumi, berbagai jenis udang, lobster dan
lain-lain. Ikan-ikan tersebut ditangkap dengan alat tangkap yang berbeda-beda.
Hasil tangkapan untuk masing-masing ikan juga berbeda antar nelayan bergantung
hasil tangkapannya. Umumnya para nelayan menggunakan es untuk penanganan ikan.
Ikan-ikan tersebut dijual dan dipasarkan dengan harga yang bervariasi mulai
dari Rp10.000/Kg untuk ikan teri sampai Rp 80.000/Kg untuk bawal putih.
Alat tangkap payang di Pelabuhan
Ratu menangkap ikan-ikan pelagis terutama dari jenis-jenis tongkol (Auxis
Sp.), ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) merupkan hasil tangkapan
yang terbesar dan pada umumnya tertangkap sepanjang tahun. Ikan tongkol abu-abu
tertangkap sepanjang tahun, sdangkan hasil tangkap maksimum terjadi antara
bulan Mei-November. Jenis tongkol yang lain adalah Lisong (bahasa nelayan
Pelabuhan Ratu).
Daerah penangkapan di Pelabuhan Ratu
meliputi seluruh perairan teluk Pelabuhan Ratu dengan radius 20 mil sampai 30
mil, mulai dari ujung Genteng sampai Binuangan. Arah arus di perairan
teluk Pelabuhan Ratu tidak tentu sepanjang tahunnya, biasanya pada bulan
November dan Desember aah arus menuju ke barat laut. Kecepatan arus umumnya
rata-rata sedang. Musim ikan pelagis khususnya jenis-jenis tongkol dan cakalang
sebagai tujuan utama penangkapam ikan dengan jaring payang terjadi pada bulan
Juni-Oktober.
Musim
penangkapan Ikan Pelagis Besar
Wilayah Pengelolan Perikanan di Kawasan Timur Indonesia
Di kawasan timur Indonesia, puncak
musim penangkapan ikan cakalang pada umumnya berkisar pada musim peralihan I
(April, Mei, dan Juni) hingga awal musim timur. Di Maumere (NTT), puncak musim
terjadi pada Februari dan November, yaitu akhir musim barat dan akhir musim
peralihan II.Kisaran bulan-bulan musim penangkapan ikan tuna dan cakalang
dengan menggunakan alat tangkap rawai tuna sebagai berikut :Perairan Selat
Makassar bagian selatan (Maret-Juli) Laut Flores (September-Maret) Laut Banda
(September- Maret) Perairan Aru (September-Maret) Laut Arafura (Agustus-Mei)
Laut Seram (Agustus-Maret) Laut Maluku (Agustus-Maret) Teluk Tomini
(Oktober-April) Perairan Laut Banda yang kedalamannya mencapai 10.000 m
merupakan salah satu daerah penangkapan ikan tuna (terutama ikan tuna mata
besar) di kawasan timur Indonesia. Musim penangkapan di perairan Laut Banda
mencapai puncaknya pada bulan November.Wilayah
Pengelolaan Perikanan di Kawasan Barat Indonesia
Penyebaran ikan-ikan tuna di kawasan
barat Indonesia terutama terdapat di Samudera Hindia. Di perairan ini terjadi
percampuran antara perikana tuna lapisan dalam yang dieksploitasi dengan alat
rawai tuna dengan perikana tuna permukaan yang dieksploitasi menggunakan alat
tangkap pukat cincin, gillnet, tonda, dan payang.Pemanfaatan sumberdaya ikan
tuna secara umum dilakukan dengan menggunakan alat tangkap pancing tonda. Jenis
ikan yang banyak tertangkap di wilayah ini adalah cakalang dan madidihang.
Hasil analisis data produksi menyebutkan bahwa titik tertinggi terjadi pada
bulan Oktober. Ini berarti, puncak musim penangkapan ikan pelagis besar dengan menggunakan
alat tangkap tonda di perairan barat Sumatera terjadi pada bulan Oktober.Di
Bengkulu, jenis ikan tongkol dan tengiri cukup mendominasi produksi perikanan
setempat. Musim penangkapan ikan tongkol di wilayah Bengkulu berlangsung antara
bulan September sampai Januari dan puncaknya terjadi pada bulan November.Data
dan informasi musim penangkapan sumberdaya ikan pelagis besar untuk perairan
Samudera Hindia di wilayah selatan Jawa dan Nusa Tenggara diperoleh dari basis
penangkapan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu (Jawa Barat), Pelabuhan
Perikanan Nusantara Cilacap (Jawa Tengah), dan Pelabuhan Benoa (Bali).Ikan
pelagis besar yang tertangkap di Pelabuhanratu didominasi oleh ikan cakalang
dan tongkol yang banyak tertangkap oleh alat tangkap jaring insang hanyut.
Berdasarkan data yang diperoleh, diduga bahwa musim penangkapan ikan cakalang
dan tongkol di wilayah perairan selatan Jawa berlangsung antara Juni sampai
Oktober dan puncaknya terjadi pada Agustus-September.Di Bali, alat tangkap
utama yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar yang berpangkalan di
Benoa adalah rawai tuna. Namun, masih ada alat lain yang digunakan dalam
pemanfataan sumberdaya ikan pelagis besar yaitu pancing tonda yang dioperasikan
dengan perahu jukung dan diberi motor tempel dengan kekuatan 12 PK.Ikan tuna
sirip biru adalah jenis ikan tuna yang punya nilai paling tinggi. Perairan
Samudera Hindia di sebelah selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara merupakan
daerah pemijahan dari jenis tuna ini. Ikan biasanya bermigrasi ke perairan
selatan Jawa dan Bali, dan umumnya nelayan menangkap ketika berada dalam
kondisi memijah pada November dan Januari. Tingginya nilai tuna sirip biru
menyebabkan ikan ini menjadi target penangkapan terutama oleh armada Jepang,
Taiwan, Korea, Selandia Baru,dan Australia.Disarikan dari *Balai Riset
Penangkapan Laut - BRKP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar